Ahad 11 Mar 2012 17:57 WIB

Laporan GMJ: Di Karachi, tak Ribut Tanpa Kunut

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Dewi Mardiani

REPUBLIKA.CO.ID, Ahad (11/3), di luar flat di Karachi, Pakistan, langit masih gelap. Tak tampak satu pun kendaraan lalu lalang. Hanya terlihat satu dua orang menuju Masjid At Tawwabin, yang terletak tidak jauh dari tempat saya beserta rombongan Global March to Jerussalem (GMJ), tinggal sementara.

Usai azan subuh, Imam Masjid, Mohamad Aslam, meminta para jamaah berkumpul dan membuat lingkaran. Mereka lantas berzikir. Isi dan bacaan zikirnya sederhana, dua kalimat syahadat, dan lafal Allah yang diulang berkali-kali. Pengulangan itu pun, bukan tanpa makna. Syahadat menegasikan apapun kekuatan apapun selain Allah.

Tak ada suara bising, yang ada hanya ketenangan dan lantuan zikir yang tegas. Suasana itu, membawa saya larut dan menggali kembali ingatan akan syair sufi perempuan terkemuka, Rabiah Al Adawiyah. Dalam baitnya, ia pernah mengatakan : “Kecintaanku terhadap-MU, mengalihkan segala perhatianku pada selain-MU”.

Muazin, membaca ikamah. Tanda bahwa shalat segera dilaksanakan. Suara sang imam shalat sangat merdu. Bagaikan mazamir, suara indah Nabi Dawud AS, perumpaan yang kerap dilekatkan bagi mereka yang bersuara bagus . Kali ini, bukan Syekh Aslam yang memimpin shalat. Melainkan, anak muda yang berumur sekitar 30 tahun. Sayang, tak sempat berkenalan.

Imam tersebut membaca surah Al Isra’ dari ayat pertama hingga ayat ke-19. Kemerduannya, sontak, menghilangkan kantuk yang sesekali menggangu konsentrasi shalat. Tak ada kunut, di rakaat kedua. Tapi, tak ada kegaduhan, keributan, atau debat akan sah atau tidaknya berkunut di shalat fajar.

Di sini, di negara yang oleh Choudary Rahmat Ali, dicetuskan dengan nama Pakistan, mayoritas Muslim bermazhab Hanafi. Di Mazhab yang berafiliasi pada imam Abu Hanafiah tersebut, tak berkunut, tak jadi soal. Tak pakai kunut, tak ada ribut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement