Senin 05 Mar 2012 09:16 WIB

Mujahidah: Ummu Syarik, Kiprah Dakwah Sang Mujahidah (1)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Cahaya iman mulai menerangi kalbunya sejak Rasulullah SAW menyampaikan risalah Islam di Makkah. Ia begitu bersimpati terhadap kebenaran ajaran Islam yang disebarkan Nabi Muhammad SAW.

Keimanannya yang semakin membaja membuat Ummu Syarik Al-Quraiysiyyah membaktikan hidupnya untuk mengibarkan panji-panji kalimat Syahadat.

Ummu Syarik bernama asli Ghaziyah binti Jabir bin Hakim. Ia adalah wanita dari Quraisy yang berasal dari Bani Amir bin Lu’ai. Sejarah mencatat, sang mujahidah pernah menjadi istri Abu Al-Akr Ad-Dausi. Ia berjasa  dalam menyebarkan agama Islam di kalangan wanita-wanita Quraisy.

Secara sembunyi-sembunyi, Ummu Syarik berdakwah dan mengajak wanita-wanita Quraisy. Tanpa kenal lelah, ia berdakwah dan mendorong para wanita Quraisy agar memeluk agama Islam. Padahal, risiko yang akan dihadapinya begitu berat. Namun, ia rela mempertaruhkan nyawanya demi dakwah dan kebenaran.

Ancaman siksaan dan intimidasi terhadap keselamatan jiwa dan harta tak membuat  Ummu Syarik mundur dari medan dakwah. Baginya, iman bukanlah sekedar kalimat yang diucapkan lisan, tetapi pada hakikatnya iman memiliki konsekuensi, amanah yang mengandung kesabaran.

Kekuatan imannya pun sempat diuji. Allah SWT mengujinya  dengan berbagai fitnah. Gerak dakwah Ummu Syarik akhirnya tercium penduduk Makkah. Ia lalu ditangkap kafir Quraisy. Lalu mereka berkata, "Kalaulah bukan karena kaummu, kami akan berbuat sesuka hati kepadamu. Akan tetapi kami akan menyerahkan kamu kepada mereka."

Ummu Syarik mengisahkan penangkapan yang dilakukan penduduk Makkah atas dirinya. "Maka datanglah keluarga Abu Al-Akr, yakni keluarga suamiku, kepadaku. Kemudian berkata, ‘Jangan-jangan engkau telah masuk kepada agamanya (Muhammmad)?'

Aku menjawab, "Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad.”

Mereka lalu berkata, "Demi Allah kami akan menyiksamu dengan siksaan yang berat."

"Kemudian mereka membawaku dari rumah kami, kami berada di Dzul Khalashah (terletak di San’a) mereka ingin membawaku ke sebuah tempat dengan mengendarai seekor unta yang lemah, yakni kendaraan yang paling jelek dan kasar."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement