Ahad 04 Mar 2012 10:56 WIB

Mungkinkah Dunia Islam Bersatu?

 Warga Palestina membersihkan puing-puing rumah mereka yang hancur akibat terkena serangan udara Israel di perbatasan Mesir-Rafah, Jalur Gaza, Jumat (3/2).
Foto: AP/Eyad Baba
Warga Palestina membersihkan puing-puing rumah mereka yang hancur akibat terkena serangan udara Israel di perbatasan Mesir-Rafah, Jalur Gaza, Jumat (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nidia Zuraya

Sejatinya jumlah Muslim di sentero jagad raya telah mencapai 1,57 miliar jiwa. Secara kuantitas umat Islam memang begitu besar.  Menurut data yang rilis The Pew Forum on Religion and Public Life, satu dari empat penduduk di muka bumi adalah Muslim. Sayangnya, dari segi kualitas masih tertinggal dibandingkan peradaban yang lain.

Mayoritas umat Islam yang tersebar di negara-negara tertinggal dan berkembang masih dililit kebodohan dan kemiskinan. Terlebih lagi, kondisi umat Islam dunia  terkotak-kotak dan mengalami perpecahan. Tiap negara Muslim cenderung bersaing untuk memperebutkan pengaruhnya.

Terlebih, saat ini,  negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Afrika tengah menghadapi masalah dalam negeri yang amat pelik. Demo besar-besaran melanda sejumlah negara Muslim.  Palestina masih terus dijajah Israel. Selama tak bisa bersatu,  peradaban Islam sulit untuk bangkit.

Inilah salah satu tantangan yang dihadapi umat Islam.  Salah satu lembaga  atau organisasi yang diharapkan bisa mempersatukan umat Islam adalah  Rabithah al-'Alam al-Islami atau Liga Dunia Islam. Inilah organisasi Islam transnasional (internasional) non-pemerintah yang didirikan pada  Zulhijah 1381 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Mei tahun 1962 M.

Organisasi itu terbentuk ketika terjadi krisis politik yang terjadi antara Arab Saudi dan Mesir. Kalangan intelektual, ilmuwan, dan politisi dari sejumlah negara Muslim pun bertemu dan berembuk untuk menggagas sebuah pertemuan darurat pada Musim Haji  1962. Pertemuan tersebut digagas oleh penguasa Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud. 

Mereka yang hadir dalam pertemuan di kota Makkah itu menggambarkan organisasi yang baru dibentuk itu sebagai sebuah "organisasi budaya Muslim" dan "organisasi umat Islam", melayani seluruh umat dan tidak bertindak sebagai agen pemerintah mana pun.

Memajukan dakwah Islam, menentang konspirasi yang merugikan Islam, dan membahas permasalahan masa depan umat Islam. Ketiga isu utama itulah yang menjadi tujuan dibentuknya Liga Dunia Islam pada 1962.   

 

Liga Dunia Islam – sebagai organisasi Islam transnasional --  pada era globalisasi ini dihadapkan pada setumpuk tantangan, salahsatunya  dalam bidang informasi. Sekjen Liga Dunia Islam, Dr Abdullah bin Abdul Muhsin Atturki, mengatakan, Rabithah al-Alam al-Islami harus terus mewaspadai berbagai perubahan yang meliputi dunia Islam dan perkembangan teknik dalam bidang informasi yang dapat mempengaruhi kesadaran manusia di era globalisasi ini.

Liga Dunia Islam menekankan pentingnya mengedepankan budaya dialog guna memperkuat hubungan manusia dan meningkatkan perdamaian global. Menurut Dr Atturki, Islam menyerukan untuk menggalang dialog, pemahaman dan kerja sama antarnegara untuk kepentingan kemanusiaan.

Guna mempersatukan umat yang terkotak-kotak, Liga Dunia Islam berharap agar pelaksanaan ibadah haji bisa dijadikan momentum untuk membangun ukhuwah. Ibadah haji adalahmutiara berharga bagi umat Islam. Pada momen itulah, umat Islam akan memperluas semangat persaudaraan mereka ke level maksimal.  ''Kami (Liga Dunia Islam, red) menyeru para pemimpin umat Islam untuk memanfaatkan momen ibadah haji untuk mewujudkan persatuan umat,'' ujar Dr Atturki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement