Jumat 02 Mar 2012 14:43 WIB

Prof Mohammad Rasjidi: Sang Penjaga Akidah Umat (Bag 1)

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Heri Ruslan
Mohammad Rasjidi
Foto: blogspot
Mohammad Rasjidi

REPUBLIKA.CO.ID, Mohammad Rasjidi memang tak semasyhur Soekarno-Hatta, dua tokoh proklamator Indonesia. Namun, peran cendekiawan Muslim dari Yogyakarta itu terbilang luar biasa besarnya bagi sejarah perkembangan dan pertumbuhan Republik Indonesia.

Rasjidi adalah orang pertama yang menjabat Menteri Agama Republik Indonesia. Lelaki kelahiran Kotagede Yogyakarta, 20 Mei 1915 ini semasa hidupnya dikenal sebagai salah satu cendikiawan Muslim yang kritis terhadap pandangan-pandangan Islam yang dinilainya terpengaruh globalisasi.

Ia bukan berasal dari keluarga pegawai atau pejabat. Kedua orangtuanya member nama Saridi. Ayahnya, Atmosudigdo, seorang pengusaha batik. Saridi kecil menempuh pendidikan dasarnya di Sekolah Ongko Loro, satu-satunya sekolah tingkat dasar yang ada di kampung halamannya.

Minatnya untuk mengenyam pendidikan begitu tinggi. Saridi melanjutkan ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) Muhammadiyah Kotagede. Ensiklopedi Islam (1993), menyebutkan, setamat dari HIS Muhammadiyah, ia menimba ilmu di sebuah sekolah guru, Kweekschool Muhammadiyah.

Saridi melanjutkan studinya di Sekolah Al-Irsyad di Lawang, Jawa Timur yang didirikan oleh Syekh Ahmad Soorkati. Di sekolah Al-Irsyad itulah Saridi menunjukkan kecerdasannya hingga ia menjadi murid kesayangan Syekh Ahmad Sorkati. Sang guru lalu mengganti namanya menjadi Mohammad Rasjidi.

 

Dua tahun menimba ilmu di Al-Irsyad, Rasjidi meraih gelar diploma. Pada 1931, ia hijrah ke Kairo,Mesir untuk melanjutkan studinya.. Menurut Mona Abaza dalam Pendidikan Islam dan Pergeseran Orientasi, Studi Kasus Alumni Al-Azhar, pada awalnya, Rasjidi bermaksud belajar di Universitas Al Azhar. Namun atas saran seorang teman yang sama-sama berasal dari Kotagede, Kahar Muzakkir, ia akhirnya kuliah di Darul Ulum, Universitas Kairo.

Rasjidi mengambil studi filsafat Islam. Ia menjadi satu-satunya mahasiswa asal Indonesia yang mengambil kuliah filsafat. Ia mendalami bidang tersebut bersama enam orang temannya; tiga orang Mesir, dua dari Albania, dan seorang lagi dari Sudan. Pada 1934, ia belajar privat pada seorang ideolog Ikhwanul Muslimin, Sayyed Qutb. Ia juga berguru kepada Syekh Mustafa Abdel-Raziq.

Setelah empat tahun menimba ilmu di negeri Piramida, Rasjidi berhasil meraih gelar Bachelor of Arts (BA). Pada 1938, selepas menyelesaikan studinya, Rasjidi pulang ke Tanah Air dan menikah.

                                                                      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement