Kamis 01 Mar 2012 14:32 WIB

Kitab Bid’ah At-Tafasir, Kritik atas Tafsir Bid'ah (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Bid'ah (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Bid'ah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Polemik bid'ah di kalangan umat Islam nyaris tak bermuara. Istilah bid'ah selalu muncul dengan berbagai macam sudut pandang.

Imam Asy-Syathibi (790 H)—ulama asal Andalus—dalam kitabnya Al-I’tisham, mendefinisikan bid'ah sebagai membuat perkara baru dalam urusan agama, atau mengadakan suatu hal baru dalam ibadah dengan dalih mendekatkan diri kepada Allah.

Ulama bermazhab Maliki itu menjelaskan, bid'ah adalah upaya menjadikan sesuatu yang baru seolah-olah menyerupai syariat. Dinamika penggunaan istilah bid'ah pun terus berkembang. Terkadang istilah bid'ah dijadikan sebagai justifikasi untuk menyudutkan kelompok lainnya.

Cakupan bid'ah pun pada akhirnya meluas. Bid'ah tak hanya terbatas pada persoalan ibadah saja, tetapi juga mencakup hal-hal akidah. Tak terkecuali di bidang kajian tafsir. Ya, istilah dan justifikasi bid'ah juga telah menyentuh ranah tafsir Alquran.

Upaya yang pernah dilakukan Abu Al-Fadlal Abdullah Muhammad Ash-Shiddiq Al-Ghummari, lewat karyanya, Bid’ah At-Tafasir, bisa dibilang fenomenal. Betapa tidak, gagasan dan pemikirannya tentang penggunaan kata bid'ah pada tradisi tafsir belum pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh sebelumnya, tak terkecuali dirinya sendiri.

Setidaknya, hal itu bisa dibaca jelas melalui bait-bait yang ditulis di awal mukadimahnya. Ia mengaku kajian terhadap bid'ah pada penafsiran Alquran tak pernah dia lakukan. Kendati istilah penggunaan bid'ah di kajian tafsir bukanlah hal yang baru. Az-Zamakhsyari adalah tokoh yang menggunakan kata tersebut dalam tafsirnya, Al-Kasysyaf.

Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Az-Zamakhsyari itulah, Al-Ghummari menamakan kitabnya; Bid’ah At-Tafasir. Penamaan yang begitu jelas dan memiliki arti bid'ah di beberapa tafsir ayat-ayat Alquran. Sekalipun berdasarkan analisis Al- Ghummari, Az Zamakhsyari sendiri terjebak dengan terminologi yang diusungnya.

Sejumlah tafsir yang disampaikan Az Zamakhsyari kental dan bias dengan mazhab Mu’tazilah yang dianutnya. Dan setelah dicermati banyak uraian yang kurang tepat dari sisi struktur kalimat ataupun tak sesuai dengan sebab turunnya ayat (asbabun nuzul).

Al-Ghummari menyebutkan, kitab Bid’ah At-Tafasir sengaja ditulis guna menunjukkan kesalahan-kesalahan berdasarkan analisis pribadi sesuai kapasitas keilmuannya yang terjadi dalam penafsiran Alquran, baik yang terdapat dalam karya-karya ulama klasik maupun para mufasir masa kini. Penting digarisbawahi, kalangan klasik yang dimaksud Al-Ghummari dalam kitabnya ini tak lain adalah kelompok mufasir yang berasal dari aliran Mu’tazilah.

Dengan mengetahui titik kesalahan itu, paling tidak kesimpulan penafsiran tersebut bisa dijauhi. Meskipun di banyak paparannya, pendapat Al-Ghummari terlihat bias, tetapi layaknya seorang ilmuwan dan pengkaji, masih ada etika yang teguh dipegang oleh Al-Ghummari.

Ia bertekad untuk tidak menjadikan karyanya sebagai media caci maki atau wadah memperolok tafsir-tafsir yang menyimpang. "Apa yang saya lakukan tak lebih agar jadi peringatan dan rambu bagi isu dan problematika tafsir yang belum pernah tersentuh,” tulis Al-Ghummari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement