REPUBLIKA.CO.ID, Kegagalan dua kerajaan Barat itu dimanfaatkan Nuruddin untuk melancarkan serangan ke tepi timur Orontes pada tahun 1149. Serangan itu dilakukan untuk menaklukkan Kerajaan Antiokhia. Pangeran Antiokhia, Raymond dari Poitiers, membantu membantu Istana Inab yang diserang oleh Nuruddin.
Dalam sebuah pertempuran yang hebat, tentara Muslim berhasil membuat pasukan Tentara Salib bertekuk lutut. Pangeran Antiokia bernama Raymond pun terbunuh dalam perang itu. Pasukan tentara Nuruddin pun berhasil merebut seluruh wilayah Antiokhia.
Nuruddin memiliki cita-cita yang luhur dan mulia. Ia ingin menyatukan pasukan tentara Muslim, mulai dari Sungai Eufrat hingga Nil untuk melawan Tentara Salib. Pad 1149, kakaknya tutup usia.tahta kerajaan di Mosul dilanjutkan oleh adiknya, Qutbuddin. Namun Qutbuddin menyerahkan kekuasaannya kepada Nuruddin, sehingga kerjaan tersebut menjadi satu seperti ketika di bawah kepemimpinan ayah mereka.
Pada 1150 dan 1151 Nuruddin berupaya menyerang Damaskus, karena ternyata Mu’inuddin melakukan perjanjian dengan Tentara Salib. Namun ia gagal menguasai Damaskus. Setelah melakukan berbagai upaya militer, akhirnya pada 1154, ia akhirnya dapat merebut Damaskus di bawah kepemimpinan Mujiruddin, penerus Mu’inuddin.
Damaskus menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Zanki dan seluruh Suriah disatukan di bawah kepemimpinan Nuruddin Zanki, mulai dari Edessa di utara hingga Hauran di selatan. Pada 1157, Nuruddin menyerang Ksatria Hospitaller di benteng Tentara Salib di Banias dan membuat mereka kocar-kacir.
Ada kisah menarik dari kehidupan Nuruddin. Saat itu, ia melaksanakan ibadah haji, ia berhasil menggagalkan usaha dua orang Yahudi yang menggali terowongan menuju makam Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut mereka lakukan untuk mencuri jasad Rasulullah agar dapat merendahkan martabat dan menghina umat islam.
Pada 562 Hijirah, Nuruddin menugaskan Salahuddin dan pamannya, Syirkuh, memimpin pasukan untuk melawan Pasukan Salib di Mesir. Pada saat itu terjadi perseteruan antara panglima Dargham dan menteri Syawur yang berkuasa di Dinasti Fatimiyah di Mesir. Satu pihak meminta bantuan pada Pasukan Salib, yang lain meminta bantuan pada Kesultanan Syam. Maka pertempuran antara pasukan Nuruddin dan Tentara Salib pun tak dapat terelakkan.
Usaha untuk menguasai Mesir baru tercapai dua tahun kemudian, ketika Nuruddin berhasil meringkus menteri Syawur yang bersekongkol dengan Tentara Salib. Lebih dari 50 kota berhasil direbut oleh Nuruddin, kecuali Al-Quds. Setelah menaklukkan Mesir, Nuruddin meyakini bahwa tujuannya mempersatukan Negara Muslim telah tercapai.
Namun terjadilah kesalahpahaman antara Nuruddin dan Salahuddin. Saat itu Nuruddin ingin mengepung kota Al-Kurk. Ia menyurati Salahuddin untuk mengirim pasukan ke tempat yang disepakati. Salahuddin pun berangkat ke tempat tersebut. Namun ia menyadari Mesir akan menjadi tidak aman apabila ditinggalkan.
Salahudin pun mengirimkan surat permintaan maaf kepada Nuruddin dan kembali ke Mesir. Hal ini membuat Nuruddin marah dan berniat untuk menyerang Salahuddin di Mesir. Akibatnya, Salahuddin akhirnya menyatakan ketundukannya atas Nuruddin dan Nuruddin membatalkan serangannya.
Nuruddin meninggal akibat komplikasi penyempitan pada tenggorokan. Ia wafat pada usia ke-59. Putranya, As-Salih Ismail Al-Malik menjadi pemimpin pengganti ayahnya. Perjuangan Nuruddin melawan Tentara Salib dilanjutkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi.