Ahad 12 Feb 2012 21:24 WIB

Makam Sultan Uljaytu: Taj Mahal dari Iran

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Heri Ruslan
Makam Sultan Uljaytu
Foto: archnet
Makam Sultan Uljaytu

REPUBLIKA.CO.ID,   Runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah yang ditandai dengan jatuhnya ibu kota Baghdad pada 1258 M ke tangan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan menjadi titik awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam. Pada tahun yang sama berdiri satu dinasti yang dibangun oleh orang-orang non-Muslim Mongol yang kemudian dalam perjalanannya menjadi sebuah Dinasti Islam.

Dinasti itu bernama  Ilkhaniyah. Dinasti itu berdiri pada 1258 M,  saat Hulagu Khan berhasil memantapkan kekuasaannya di Baghdad. Ilkhaniyah  berasal dari kata Ilkhan yang bermakna ‘’warga khan yang agung’’. Ilkhan juga merupakan gelar yang diberikan kepada Hulagu Khan sebagai bentuk penghargaan terhadap semua keberhasilannya dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Mongol dan mengalahkan musuh-musuhnya.

Wilayah kekuasaan Dinasti Ilkhaniyah memanjang dari Asia Kecil di Barat dan India di Timur, yang antara lain mencakup Anatolia, Suriah, Irak, Persia, Afghanistan, Uzbekistan dan India Utara. Dinasti ini berhasil bertahan selama kurang lebih satu abad, yakni dari 1258 M hingga 1370 M.

Para penguasa Ilkhaniyah dikenal sangat gemar akan kesenian dan kebudayaan. Suzan Yalman dari Departemen Pendidikan Museum Seni Metropolitan dalam tulisannya bertajuk The Art of the Ilkhanid Period, mengungkapkan, selama periode kekuasaan Dinasti Ilkhaniyah, seni dekorasi pada bahan tekstil, tembikar, logam, perhiasan, dan manuskrip, mengalami perkembangan yang amat pesat.

 

Pada masa awal, seni dekorasi yang berkembang luas di wilayah kekuasaan Dinasti Ilkhaniyah banyak dipengaruhi kesenian Negeri Cina. Motif-motif seperti bunga teratai dan bunga peony, awan serta naga,  dan burung phoenix, teramat sering ditemui dalam produk-produk tekstil serta hiasan pada tembikar, barang logam, perhiasan, dan manuskrip.

Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh kesenian Cina ini mulai bercampur dengan kesenian Arab-Persia sejalan dengan masuk Islamnya penguasa ketujuh Dinasti Ilkhaniyah, yaitu Ghazan Khan. Sebagai penguasa Dinasti Ilkhaniyah yang beragama Islam, Ghazan mulai mendirikan bangunan-bangunan bercorak Islam.

Salah satunya adalah bangunan makam. Jika penguasa awal Dinasti Ilkhan mengikuti tradisi Mongol yang memperabukan jenazah, maka di masa pemerintahan Ghazan mulai diadospi tata cara pemakaman menurut ajaran Islam.    

Taj Mahal dari Iran

Salah satu peninggalan arsitektural Dinasti Ilkhaniyah yang siginifikan dengan masa kejayaannya di Asia Tengah adalah Makam Uljaytu (1304-1316 M) di Sultaniyah, Iran. Uljaytu adalah penguasa keempat Ilkhaniyah yang juga merupakan saudara laki-laki Ghazan Khan. Makam Uljaytu merupakan bagian dari kompleks benteng kota Sultaniyah, dan menjadi satu-satunya bangunan yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Meski bukan merupakan bangunan tempat ibadah, namun arsitektur Makam Uljaytu ini ini banyak memberikan pengaruh dalam pembangunan masjid pada masa-masa berikutnya di banyak tempat. Sheila S Blair dalam The Art and Architecture of Islam, mengungkapkan,  arsitektur Makam Uljaytu merupakan corak baru yang menggabungkan pola hypostyle yang banyak dipakai selama beberapa abad sebelumnya.

Dalam membangun makam tersebut, jelas Blair, penguasa Ilkhaniyah yang memerintah sepeninggal Uljaytu mendatangkan para tukang bangunan dari berbagai wilayah. Para tukang bangunan yang umumnya bukan merupakan ahli ini ketika kembali ke daerah mereka masing-masing, banyak di antaranya yang menyebarluaskan teknik dan seni arsitektur yang mereka pelajari ketika membangun Makam Uljaytu.

Robert Hillenbrand dalam Islamic Art and Architecture  menyebut Makam Uljaytu di Sultaniyah sebagai Taj Mahal dari Iran. Dalam tulisannya, Hillenbrand menyebutkan bahwa Taj Mahal yang dibangun dalam kurun waktu 1631-1657 M di India, berupa kompleks pemakaman yang bangunannya mempunyai unsur-unsur yang mirip dengan yang ada di makam Uljaytu. Menurutnya, kemungkinan besar Taj Mahal meniru ataupun mendapat inspirasi dari makam yang ada di Iran itu.   

Yulianto Sumalyo dalam Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, memaparkan, lingkungan Makam Uljaytu  didominasi oleh sebuah unit besar menjulang tinggi  berdenah segi delapan dengan garis tengah 38 meter dan tinggi 53 meter. ‘’Dinding sisi utara bertemu dengan dinding samping luar, membentuk bagian ruang berdenah segi tiga, di mana terdapat tangga tertutup yang menuju ke lantai atas,’’ ujar Yulianto.

Pada bagian selatan terdapat hall segi empat luasnya 15x20 meter persegi berhubungan langsung dengan salah satu dari delapan dinding sisi. Pada ruang utama terdapat makam berdenah segi delapan, di atasnya ditutup sebuah kubah berdiameter 25 meter.

Dalam kompleks makam terdapat delapan menara, masing-masing berbentuk silindris berdiri pada setiap sudut atas dinding, mengelilingi kubah. Di antara kubah dan puncak dinding samping terdapat pelataran keliling. Bagian luar kubah saat ini masih kelihatan sisa-sisa lapisan keramik berwarna biru dengan pola geometris-intricate dan arabesque.

Pada setiap sisi dinding ruang dalam terdapat pelengkung patah, yang saling bertumpuk atas dan bawah dengan adanya lantai dua. Lantai dua ini berupa gang keliling sejajar dengan kedelapan sisinya.

Bagian atas pelengkung-pelengkung dipenuhi dengan hiasan bercorak geometris-intricate, floral-arabesque dan sedikit terdapat pola oriental. Banyak bagian dinding makam yang selain dihias dengan ornamen juga dengan manuscript sejarah, hasil kreatifitas para seniman waktu itu, sehingga menjadikan bangunan makam ini selain sebagai peninggalan arkeologis juga sejarah yang jarang terdapat pada bangunan lain.

Dekorasi bagian dalam Makam Uljaytu saat ini meninggalkan bekas-bekas dari dua pola penyelesaian yaitu pertama bata dan keramik, lainnya dilukis dengan bahan plesteran. Berdasarkan catatan sejarah dapat diketahui bahwa dekorasi bagian luar diselesaikan pada tahun 1310 M, dekorasi bata dan keramik pada 1313 M.  Dekorasi lainnya berupa lukisan selesai tiga tahun berikutnya sebelum Sultan Uljaytu meninggal pada Desember 1316 M.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement