REPUBLIKA.CO.ID, Bagi sebagian orang di zamannya, barangkali Ummu Mihjan hanyalah wanita miskin dan lemah. Keinginannya yang kuat untuk berbuat yang terbaik bagi Agama Allah SWT membuatnya mendapat tempat dan perhatian terhormat di hati Rasulullah SAW.
Muslimah tua berkulit hitam itu membaktikan sisa hidupnya untuk Islam. Ia selalu mendapat perhatian dari Rasulullah. Terlebih, Nabi Muhammad SAW biasa menyambangi orang-orang miskin, menanyakan kabar dan memberi makan kepada mereka.
Dalam kondisi hidupnya yang serba terbatas, Ummu Mihjan masih menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban akidah dan berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Namun, ia juga menyadari tak mampu menyumbangkan harta bagi agama yang dicintainya.
Semangat untuk mengabdikan diri bagi Islam terus menggelora dalam kalbunya. Ia adalah wanita miskin dengan kekayaan hati dan akidah yang kokoh. Ummu Mihjan tak mau pesimistis dan putus asa dengan keadaannya. Ia mengimani ajaran Islam yang melarang umatnya menyimpan dan menanam sifat putus asa dalam hatinya.
Lalu apa yang bisa dia perbuat untuk Islam dengan kemiskinannya? Ummu Mihjan miskin, tapi cerdas. Ia mampu memanfaatkan celah-celah ladang amal yang seringkali diabaikan orang. Sang Muslimah yang lemah itu tetap yakin bisa meraih surga Illahi dengan kemampuan yang dimilikinya.
Ia mengabdikan dirinya untuk Islam dengan cara menjaga kebersihan tempat shalat kaum Muslim. Setiap hari, ia membersihkan lingkungan masjid, menyapunya, dan membuang sampah serta kotoran yang berserakan di masjid.
Ummu Mihjan tahu benar bahwa masjid memiliki peranan vital bagi umat Islam. Masjid adalah tempat shalat lima waktu dan madrasah yang telah telah menghasilkan banyak ulama dan para pahlawan islam. Di dalamnya, parlemen Islam berkumpul lima kali setiap harinya untuk mengadakan musyawarah, bertukar fikiran, dan mempererat tali kasih sayang di antara mereka.
Masjid bagi umat Islam, kala itu, layaknya sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan dasar-dasar pembinaan umat. Kesadaran inilah yang membuat Ummu Mihjan tidak merasa rendah diri dengan apa yang dilakukannya. Ia sadar bahwa inilah amal yang akan mengantarkannya menuju Fidaus.
Ummu Mihjan tak pernah meremehkan dan melalaikan tugasnya membersihkan sampah dan kotoran. Hal itu dilakukannya agar beliau dapat memberikan suasana yang segar dan nyaman kepada Rasulullah dan para sahabat dalam melangsungkan muktamar tingkat tinggi yang rutin dilaksanakan itu.
Ia menunaikan tugas mulianya itu hingga akhir hayatnya. Ummu Mihjan meninggal saat hari sudah larut malam. Para sahabat kemudian membawa jenazahnya kepada Rasulullah, namun pada waktu itu para shahabat mendapati beliau sudah tidur.
Para sahabat tidak mau mengganggu tidur Rasulullah. Akhirnya, mereka menshalatkan dan memakamkan jenazah Ummu Mihjan di pemakaman Baqi’ tanpa disertai Rasulullah SAW.
Pagi harinya, Rasulullah merasa kehilangan dan menanyakan keberadaan Ummu Mihjan kepada para sahabat. Mereka berkata, ‘’Kami telah memakamkannya, wahai Rasulullah. Sungguh, semalam kami telah mendatangi Engkau, namun kami mendapati Engkau sudah tertidur, sehingga kami tidak mau mengganggu tidurmu.’’
Rasul bersabda, ‘’Berangkatlah kalian (ke kuburnya).’’ Rasulullah pun lalu berjalan bersama para shahabat sampai ke makam Ummu Mihjan. Sesampainya di sana, Rasulullah lalu berdiri dan para shahabat pun berbaris di belakang beliau. Beliau lalu menshalatkannya dengan empat kali takbir.
Selesai shalat beliau bersabda, ‘’Pekuburan ini penuh dengan kegelapan yang menimpa para penghuninya dan Allah menerangi mereka berkat shalatku.’’
Semoga Allah mencurahkan rahmatNya kepada Ummu Mihjah, seorang wanita tua yang miskin dan lemah, namun selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi Islam sekuat tenaganya. Ia merupakan pelajaran bagi kaum Muslim sepanjang masa agar tidak menganggap remeh suatu kebajikan walaupun sedikit.
Dialah wanita yang selama hidupnya dan sesudah kematiannya mendapat perhatian Rasulullah SAW. Wahai kaum wanita… janganlah kalian menganggap remeh suatu kebaikan walaupun sedikit. Jangan pernah berkecil hati dan merasa bahwa kalian adalah orang yang lemah dan tak sanggup memberikan kontribusi apa pun dalam membangun tata kehidupan masyarakat Islam. Becerminlah kepada keteladanan Ummu Mihjan.