REPUBLIKA.CO.ID, Mendengar pernyataan Hindun, Umar pun tertawa terbahak-bahak, sedangkan Rasulullah hanya tersenyum. Rasulullah kembali berkata, ''Dan tidak boleh membuat tuduhan palsu.'' Hindun menimpali, ''Demi Allah, tuduhan palsu adalah perbuatan yang sangat jelek. Engkau menyuruh kami untuk melakukan perbuatan baik dan akhlak yang mulia.''
Nabi SAW melanjutkan, ''Dan tidak boleh mendurhakaiku dalam perkara yang baik.'' Hindun berkata, ''Demi Allah, saat kami datang di tempat ini, kami sama sekali tidak menyimpan niat untuk mendurhakaimu.''
Setelah resmi menjadi seorang Muslimah, Hindun langsung memupus noda-noda hitam yang pernah diperbuatnya. Ia berubah menjadi seorang sahabat wanita yang sangat istimewa. Ia menjadi seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam dan berpuasa. Ia sangat konsisten dengan status barunya tersebut sampai tiba saat yang membawa kegelapan bagi seluruh bumi ini, yaitu saat Rasulullah SAW wafat.
Hindun sangat terpukul mendengar wafatnya Rasulullah SAW. Padahal, ia tak terlalu lama memeluk Islam. Meski berat ditinggalkan Sang Pemimpin Umat, Hindun tetap mempertahankan keislamannya dengan baik. Ia tetap menjadi seorang ahli ibadah dan menjaga janji setia yang pernah diucapkannya di hadapan Rasulullah.
Komitmen dan loyalitasnya terhadap Islam, ia tunjukkan dalam Perang Yarmuk. Ibnu Jarir mengisahkan, ”Pada hari itu, kaum Muslimin bertempur habis-habisan. Mereka berhasil menewaskan pasukan Romawi dalam jumlah yang sangat besar. Sementara itu, kaum wanita menghalau setiap tentara Muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga.
Mereka berteriak, ’Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh pasukan Romawi?’ Siapa pun yang mendapat kecaman yang pedas seperti itu, pasti kembali menuju kancah pertempuran.”
Tentara Muslim yang sebelumnya hampir melarikan diri, kemudian bertempur kembali membangkitkan semangat pasukan yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti ’Utbah.
Dalam suasana seperti itu, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Hindun membaca bait-bait puisi yang pernah dibacanya dalam perang Uhud. Begitulah, wanita mulia itu membela dan mempertahankan agama yang diyakininya.