REPUBLIKA.CO.ID Anda tentu pernah mendengar nama Abu Nawas, salah satu tokoh dalam kisah Seribu Satu Malam yang amat legendaris. Penyair terbesar sastra Arab klasik itu ternyata terlahir di kota Ahwas, Khuzestan, Iran. Khuzestan merupakan salah satu dari 30 provinsi yang terdapat di negeri Para Mullah itu.
Khuzestan terbilang sebagai sebuah wilayah yang penting dalam sejarah perdaban Islam. Nama wilayah itu secara khusus disebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Provinsi itu luasnya mencapai 63.238 kilometer persegi.
Ibu kotanya Ahwas. Selaian itu, di provinsi Khuzestan juga terdapat kota-kota lain seperti Behbahan, Abadan, Andimeshk, Khorramshahr, Bandar Imam, Dezful, Shushtar, Omidiyeh, Izeh,Baq-e-Malek, Mah Shahr, Dasht-I, dan kota-kota lainnya.
Menurut Encyclopædia Iranica, Khuzestann berarti ‘’Tanah Khuzi’’, penduduk pertama yang tinggal di wilayah itu. Khuzi adalah sebutan bagi orang-orang yang membuat gula dari ladang tebu yang terbentang dari perkebunan Sasanian di utara sampai ke sisi sungai Dez di Dezful.
‘’Khuzastan adalah negeri Abadan di Timur Sungai Tigris dan Syath al-Arab,’’ tutur pakar hadis, Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi. Khuzastan, kata dia, merupakan negeri yang luas dan banyak penghuninya, airnya melimpah. ‘’Ibu kotanya Ahwas,’’ kata Syauqi.
Ahwas terletak di tepi Sungai Karun dan lokasinya persis di tengah Provinsi Khuzestan. Kota ini terletak 20 meter di atas permukaan laut dan jumlah populasinya pada tahun 2006 mencapai 1,3 juta jiwa.
Ahwas berasal dari bahasa Persia, merupakan jamak dari bahasa Arab yang diterjemahkan menjadi Suq al-Ahwaz, yang berarti Pasar para Khuzi. Khuzi merupakan orang-orang pembuat gula dari tebu. Mereka merupakan penduduk asli provinsi Khuzestan.
Khuzestan pertama kali dibangun pada era kekuasaan Dinasti Sasaniyah. Para sejarawan percaya dulunya, wilayah itu merupakan kota kuno bernama Taryana. Taryana merupakan sebuah kota terkenal di zamanDinasti Akhmeniyah, Persia.
Selama era Sasaniyah dibuatlah sistem irigasi dan beberapa dam (bendungan) di kota tersebut. Tak heran jika kota itu menjelma sebagai metropolitan yang makmur. Dam yang dibuat di masa Dinasti Sasaniyah antara lain, Band-e Bala-rud, Band-e Mizan, Band-e Borj Ayar dan Band-e Khak.
Ahwas menjadi ibu kota Khuzestan menggantikan Susa, ibukota dari Susiana, sebagai ibu kota dari daerah yang kemudian berubah nama menjadi Khuzestan. Kota Ahwas memiliki dua bagian, yaitu satu sisi didiami oleh para bangsawan, dan di bagian lain dihuni oleh para saudagar.
Ketika orang Arab menguasai daerah tersebut pada 640 M, wilayah yang dihuni para bangsawan dihancurkan, sedangkan daerah para saudagar tetap berdiri. Satu bagian dari kota yang tetap berdiri itu diubah namanya menjadi Suq al-Ahwaz, atau Ahvaz seperti yang dikenal sampai saat ini.
Selama era Umayyah dan Abbasiyah, Ahwaz merupakan kota yang maju karena perkebunan dan pengolahan gula tebunya dan sebagai rumah dari banyak ilmuwan. Hal ini seperti yang banyak dibahas para sejarawan dan ahli bumi seperti Tabari, al-Muqaddasi, Ya’qubi, dan Masudi.