Kamis 05 Jan 2012 11:20 WIB

Melacak Jejak As-Suwaida: Kota Bangsa Nabath (Bag 2)

Rep: devi/c15/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  Bangsa Nabatean adalah cikal bakal kaum Nabi Shaleh, yakni kaum Tsamud, kaum yang mahir dalam memahat dan mengukir bebatuan keras untuk dijadikan rumah dan istana-istana raksasa. Kaum Tsamud merupakan suku kuno Arabia yang diperkirakan hidup sekitar millenium pertama sebelum Masehi dan dekat dengan waktu kenabian Muhammad SAW.

Sejumlah besar kaum Tsamud merupakan pengukir dan pemahat bukit yang baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah.

Kaum Nabatean juga dikenal sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air guna memenuhi kebutuhan air mereka.

Di akhir abad ke-4 Sebelum Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean memberanikan diri mulai ikut dalam perdaganan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka yang membentang dari Yordania hingga utara Damaskus sebagai salah satu rute perdagangan dunia.

Kaum Nabath menyebut As-Suwaida dengan nama Suada. Suku itu sempat dijajah bangsa Romawi. Orang Romawi dan Yunani menyebut kota As-Suwaida dengan nama Dionysias pada 149 M. Setelah itu pengaruh suku Nabatean berkurang dan mereka berkonsentrasi di daerah selatan, sebagai akibat percepatan persebaran budaya Yunani.

Nama Dionysias tetap dipakai selama periode Bizantium, ketika kota as-Suwayda’ berada di bawah pengaruh al-Ghasasinah, sebuah suku Kristen dari Arab Selatan. Pada saat Islam berkembang di Jazirah Arab, wilayah itu sudah dikenal dengan nama As-Suwaida.

Para arkeolog  telah menemukan sederet  situs peninggalan bersejarah arkeologi di as-Suwaida. Temuan itu,  menjelaskan kehidupan masa lampau suku Nabatean. Di antaranya adalah Kuil Dionysus-Dushara yang masih menyisakan delapan bangunan tinggi dengan desain yang cukup baik dan masih berdiri.

Selain itu, terdapat bangunan Saint Sergius Basilica yang dibangun pada abad ke-5 Masehi. Bangunan ini memiliki elemen arsitektur Bizantium dengan sebuah biara di sekitarnya. Ada pula bangunan melengkung dengan banguan gereja yang telah hancur dan hanya menyisakan sebuah bangunan yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Al-Mashnaqa dengan hiasan bermotif anggur.

Peninggalan bersejarah lainnya yang merupakan penemuan paling baru adalah sebuah amphitheater di selatan Agora, sebuah situs arkeologi lainnya. Selain itu, kota ini juga masih menyimpan sejumlah rumah tua yang masih ditempati oleh penduduk lokal, waduk kuno, dan menara pengawas.

Penduduk As-Suwaida  telah mengalami kemajuan antara tahun 400 SM dan 200 SM, dengan meninggalkan berbagai monumen, di antaranya wilayah pekuburan diatas bukit berbatu.

Kaum Nabath adalah ahli dalam memahat dan mengukir batu-batu alam pegunungan yang berwarna merah. Mereka juga ahli membuat patung batu, di antaranya yang terkenal adalah Hubal, sebuah berhala di Makkah yang disembah bangsa Arab Jahiliyah sebelum datangnya Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement