Rabu 07 Dec 2011 16:27 WIB

Lama Terpuruk Akibat Perang Saudara dan Kemiskinan, Muslim Afrika Harus Bangkit

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim di Afrika
Foto: muslimblog.co.in
Muslim di Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, ANKAARA - Di masa lalu, benua Afrika merupakan salah satu pusat peradaban Islam. Kini, sisa-sisa kejayaan itu tenggelam dalam konflik perang saudara, kemiskinan dan campur tangan barat. Untuk itu, Muslim Afrika harus segera bangkit dari keterpurukan dan selanjutnya memainkan peranan bersama membangkitkan kemajuan Afrika.

Saat berbicara dalam pertemuan kedua pemimpin Muslim Afrika (AMRLS) akhir November lalu, Perdana Menteri Turki, Reccep Tayyip Erdogan mengatakan pihaknya sangat terluka dengan kesulitan demi kesulitan tanpa akhir yang dialami Muslim Afrika.

"Nabi Muhammad SAW mengatakan Muslim dari segala penjuru dunia adalah saudara. Dia mengehndaki setiap Muslim peduli dengan saudaranya,"  kata dia seperti dikutip allafica.com, Rabu (7/12).

Menurut Erdogan masalah-masalah yang dihadapi Muslim Afrika ditenggarai kurangnya dialog objektif dan tulus. Sebabnya,pertemuan pemimpin Islam Afrika di Istanbul merupakan obat mujarab yang mempererat persaudaraan Muslim di Afrika.

Dia menambahkan belum selesai masalah internal, Muslim Afrika harus menghadapi kenyataan bahwa Islam telah dipandang dunia barat identik dengan teror, intoleran dan kemiskinan. Karena itu, pihaknya akan membantu Muslim Afrika menyelesaikan persoalan itu.

Barat Mendistorsi Sejarah

Menteri urusan agama Turki, Profesor Mehmet Gormez, mengatakan sejarah Afrika terdistorsi oleh barat. Selanjutnya, Afrika digambarkan sebagai pusat kolonisasi, perdagangan budak, perang saudara dan kemiskinan. Kondisi itu menyembunyikan kekayaan budaya dan spiritual rakyat Afrika.

"Masyarakat Afrika menerima Islam karena nilai-nilainya. Peranan peradaban Islam tidak bisa diabaikan lantaran membawa Afrika menjadi salah satu pusat perkembangan politik, agama dan perdagangan," katanya.

Shehu dari Borno, kesultanan Islam Nigeria,  mengatakan era globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi melahirkan tantangan terhadap Muslim Afrika untuk memperkuat persatuan, perdamaian dan harmoni.

"Tidak diragukan lagi, jika kita semua berpegang teguh pada ajaran Islam maka persoalan yang dihadapi akan mudah diselesaikan," katanya.

Menurut Shehu adalah tugas bersama dalam mempertahankan cita-cita besar untuk membimbing umat Islam Afrika agar berdiri tegak menghadapi tantangan. "Kita harus tunjukan kepada dunia Islam di Afrika mendukung perdamaian, kemajuan dan perkembangan umat manusia," tegasnya.

Islam, lanjut Shehu, mengajarkan tata pemerintahan yang baik, supremasi hukum, kejujuran dan akuisisi pengetahuan yang semuanya merupakan isu penting di abad ke-21. Islam juga menekankan dialog dan resolusi konflik yang lebih dibutuhkan sekarang dari sebelumnya.

Larousi Mizouri dari Tunisia mengatakan dialog pemimpin Muslim di  Istanbul merupakan gebrakan guna menghadapi masalah kelaparan dan penyakit yang dialami masyarakat Afrika.

Investasi dalam Informasi dan Teknologi Media

Mantan presiden Komoro Ahmed Abdullah Mohammed Sabi mengatakan Muslim di Afrika harus berinvestasi dalam informasi dan teknologi media. "Kita perlu memiliki film dan dokumenter yang akan memproyeksikan citra baik Islam," katanya.

Mahmud Dicko dari Mali mengatakan Muslim di Afrika membutuhkan pemberdayaan ekonomi guna mencetak kerangka berpikir yang benar untuk mempraktikkan agama mereka. "Tanpa pendidikan yang baik dan kesehatan, masyarakat tidak bisa berkembang," katanya.

Seyin Suzgo Zimba, ketua Dewan Islam Tinggi Zambia, mengatakan bahwa di negaranya, Islam dipandang sebagai agama asing. "Islam dan pemberdayaan ekonomi harus ditegakan," katanya.

Ibrahim Isma'ila Bham dari Afrika Selatan mengatakan hanya dua persen dari populasi di negaranya adalah Muslim. "Tapi kami memiliki bangunan-bangunan fantastis seperti masjid, dan Islam secara bertahap mendapatkan tempat," katanya.

Rekannya dari Kongo, Katenga Muzolwa Idryss, mengatakan ada "persaingan sehat" antara Muslim dan Kristen di negaranya. Umat Islam membutuhkan dukungan ekonomi. "Masalah terbesar kami adalah bahwa lulusan madrasah (sekolah Islamiyah) tidak memiliki kesempatan kerja," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement