REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Penanganan masalah kesehatan selama ibadah haji perlu ditingkatkan. Pasalnya pelayanan kesehatan bagi para jamaah di Balai Pengobatan Ibadah Haji (BPHI) dinilai masih kurang.
Koordinator Tim Pemantau Peningkatan Pelayanan Penyelenggaraan ibadah Haji (TP4H) Jawa Tengah, Syamsul Ma'arif, mengatakan di BPHI masih kekurangan sarana dan prasarana kesehatan. "Ranjang pasien di sana masih sedikit," ujarnya saat ditemui di Gedung DPRD Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Rabu (16/11).
Syamsul menyebut ranjang pasien yang ada di BPHI hanya sekitar 200 ranjang. Jumlah ini jauh dibandingkan dengan jumlah jamaah haji Indonesia sebanyak 230 ribu.
Ketimpangan jumlah ini membuat penanganan pasien tak berjalan maksimal. "Akhirnya pasien yang belum sembuh terpaksa harus keluar karena antri dengan pasien yang lain," kata Syamsul.
Hal ini pun pernah menimpa dirinya. "Saya sendiri pernah diopname di sana, jadi tahu betul bagaimana pelayanannya," ucap anggota Komisi E DPRD Jateng ini.
Saat menjalani perawatan di BPHI, Syamsul terpaksa harus keluar karena ranjang yang digunakan jumlahnya sedikit sehingga harus bergantian dengan pasien yang lain. Padahal, kata Syamsul, kondisinya saat itu belum sembuh benar.
Alhasil karena dipaksa keluar sebelum sembuh total, Syamsul akhirnya kembali jatuh sakit. "Setelah wukuf, akhirnya masuk rumah sakit lagi dan diopname empat hari lagi," ujarnya.
Meski demikian, Syamsul memuji penyediaan cathering yang disediakan untuk para jamaah. Dirinya menyebut cathering tahun ini sudah lebih baik dibanding tahun lalu. "Catheringnya gak pernah telat, bahkan sudah siap sebelum jamaah datang," katanya.
Syamsul mengakui sempat menemui masalah dalam penyediaan katering. Pasalnya katering sempat tidak boleh masuk ke dalam hotel. Namun dengan pembicaraan dengan pihak hotel, akhirnya katering pun diperbolehkan masuk. "Kami sempat mengancam pihak hotel, kalau katering tidak boleh masuk, kami akan pindah hotel. Akhirnya katering pun boleh masuk," cerita Syamsul.