Rabu 09 Nov 2011 19:55 WIB

Pembangunan Kota Makkah Cenderung Kebarat-Baratan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Salah satu sudut kota Makkah.
Foto: Republika/Siwi Tri Puji
Salah satu sudut kota Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID,  MAKKAH – Kota Suci Makkah telah berevolusi secara drastis dalam beberapa dekade terakhir. Yang membuat khawatir, Masjidil Haram bakal tenggelam dalam mewahnya pencakar langit yang bertebaran di Makkah.

 

Namun, Walikota Makkah membantah pembangunan yang kian pesat tanpa perhitungan. Sebaliknya, otoritas Makkah mempertimbangkan lebar jalan dan lokasi sehingga tidak sembarang gedung pencakar langit dapat dibangun.

 

 

"Proyek masa depan akan jauh dari Masjidil Haram, sekitar 300 meter. Bangunan sendiri akan memiliki ketinggian wajar antara 8 hingga 10 lantai," ungkap Walikota  Makkah, Osama Al-Bar, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/11).

 

Dalam enam tahun, lanjut dia, otoritas Makkah berharap infrastruktur kota Makkah akan bertambah sehingga mempermudah umat Islam dari seluruh duni menuju Masjidil Haram. "Kami akan membuat jalan, pedestrian, jembatan dan jalur untuk MRT," paparnya.

 

Al-Bar juga memastikan proyek jangka panjang di sekitar masjid akan meliputi hotel, mal dan kafe. Pembangunan wilayah pinggiran kota, termasuk perumahan dan taman bagi warga, telah diselesaikan.

 

"Makkah dikenal sebagai sebuah kota tua, memiliki beberapa bangunan tua yang tidak tertata rapi. Proyek pembangunan akan mengubah dan meningkatkan kapasitas dan layanan kota Makkah," kata Bar.

 

Pada tahun 2020, lanjut Al-Bar, penduduk Makkah dan para jamaah haji bakal melihat dampak dari pembangunan.

 

Meski bermaksud menata ulang tata ruang kota, sejumlah pihak melihat pembangunan itu meniadakan keaslian kota Makkah. Yang terjadi, nuansa kota ala peradaban barat lebih menonjol ketimbang kekhasan kota Makkah.

 

Sebagai contoh, Menara jam Raja Abdulaziz. Bangunan ini dimaksudkan untuk menjadi patokan waktu dunia Islam. Namun, arsitekturnya tidak mencerminkan selayaknya peradaban Islam. Bahkan ada kecenderungan pembangunan ini lebih bernuansa kebarat-baratan.

 

"Apa yang tidak menyenangkan adalah desain luar tidak mengikuti tradisional Arab. Bangunan ini tampak seperti bangunan di Australia, tidak memberikan nuansa Arab dan Makkah," kata Wafa Abbet, jamaah haji asal Australia.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement