Rabu 02 Nov 2011 15:03 WIB

Mahasiswa Muslim AS Didiskriminasi, tak Diberi Ruang Ibadah, Tapi Ada Bagi Mahasiswa Yahudi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Kampus Universitas Katholik Amerika
Foto: franciscan.ca
Kampus Universitas Katholik Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Masalah diskriminasi masih menimpa mahasiswa Muslim di AS. Terbukti, dari sejumlah kampus, utamanya universitas Katolik Amerika (UCA). Universitas hanya mengizinkan mahasiswa Yahudi untuk memiliki ruangan khusus untuk beribadah. Sementara, bagi mahasiswa Muslim tidak diperkenankan untuk memiliki ruangan serupa untuk shalat.

 

Seorang profesor sekolah hukum telah melaporkan perlakuan diskriminatif Universitas Katolik Amerika kepada Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) Distrik Columbia. Ia mengatakan Universitas Katolik Amerika telah mendiskriminasikan mahasiswanya yang beragama Islam.

 

John F. Banzhaf III, profesor yang melaporkan kasus tersebut, mengatakan pihak kampus tidak menyediakan ruangan khusus bagi mahasiswa Muslim untuk beribadah. "Sangat tidak adil. Mereka (mahasiswa Muslim) tentu kesulitan untuk menjalankan keyakinannya," kata dia seperti dikutip thehuffingtonpost, Rabu (2/11).

 

Dalam sesi wawancara dengan National Public Radio, Presiden Universitas Katolik Amerika, John Garvey secara terbuka mengakui tidak ada kamar "eksklusif" diperuntukkan bagi mahasiswa Muslim.

 

"Seharusnya tidak terlalu sulit bagi pihak kampus untuk menyisakan satu ruangan kecil untuk Muslim dimana mereka bisa berdoa tanpa harus merasa risih melihat salib yesus," kata Banzhaf kepada Fox News.

 

Direktur Divisi Hak Sipil dan Kebebasan Manusia Masyarakat Muslim Amerika (MSA), Ibrahim Ramey mengatakan seharusnya pihak kampus memberikan solusi seperti yang dilakukan Universitas Georgetown.

 

Robert Tuttle, seorang profesor hukum di George Washington University, menjelaskan hukum anti-diskriminasi memiliki pengecualian yang luas bagi kelompok politik dan agama. Ia pesimis keluhan akan direspon.

 

Juru bicara dari Kantor Hak Asasi Manusia mengatakan kepada Fox News bahwa penyelidikan bisa memakan waktu sekitar enam bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement