REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN - Semenjak pekan lalu, Charly Loper menjadi pusat perhatian di lingkungan dan sahabat-sahabatnya. Namun, Loper begitu menikmati situasi itu. "Sekarang saya merasa selalu diawasi," paparnya seperti dikutip dari cm-life.com, Kamis (29/9).
Situasi itu berawal saat Loper memutuskan untuk berpartisipasi dalam program mengenakan hijab yang diselenggarakan sekolahnya. Program itu dipimpin oleh Amanda Jaczkowski, rekan Loper di SMP Clinton Township, Michigan.
"Hijab adalah bagian dari ajaran Islam yang sangat disalahpahami. Saya ingin membantu anak-anak untuk lebih memahami apa artinya," kata Jaczkowski yang juga menyebut sekitar 25 perempuan telah berpartisipasi.
Siswa SMP Clarkson, Hannah Grimaldi mengatakan ia telah mengalami diskriminasi sejak mengenakan jilbab. "Saya mulai mengenakan jilbab, Jum'at lalu. Orang-orang seolah menatap saya dengan heran," kata Grimaldi.
Grimaldi mengatakan dia berasal dari daerah yang didominasi putih dan jarang bersinggungan dengan budaya lain. "Anda mendapatkan kesempatan untuk berada dalam budaya orang lain," katanya.
Bagi setiap peserta, ada tiga tingkatan berbeda yang dapat dipilih. Tingkat pertama mengharuskan mereka untuk mengubah penampilan fisik mereka dengan menutup kulit dan rambut.
Mereka juga tidak diperkenankan untuk menunjukkan kemesraan di depan umum atau mengkonsumsi alkohol. Tingkat kedua meliputi yang pertama, namun ditambah syarat untuk tidak mengonsumsi daging babi.
Tingkat ketiga meliputi tingkat pertama dan kedua, dengan menambahkan syarat melarang hubungan suami istri bagi mereka yang belum menikah dan menghindari suasana yang memungkinkan terjadinya hubungan suami istri.
"Saya pikir itu akan menarik untuk hidup dengan jilbab dan melihat bagaimana orang-orang akan memperlakukan Anda," kata Loper.
Menurutnya, sebagian besar orang di sekitarnya tidak tahu bagaimana memperlakukan dirinya. "Aku tahu mereka tidak nyaman," tuturnya.
Sebelum acara tersebut, Loper mengatakan, ia melihat mengenakan jilbab sesuatu yang tidak benar. "Saya selalu pikir itu merendahkan bagi wanita. Tapi nyatanya, tidak juga," pungkasnya.