Senin 26 Sep 2011 16:04 WIB

Gara-gara Ulah Ekstrimis, Umat Islam Asia Tengah Ditekan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim di Tajikistan
Muslim di Tajikistan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebijakan tidak populer yang dijalankan Pemerintah Uzbekistan, Tajikistan dan Kazakhstan terhadap umat Islam dianggap memiliki sejumlah alasan kuat. Alasan itu menyangkut stabilitas negara masing-masing.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi, memaparkan kebijakan yang tidak populer dikeluarkan seperti larangan ke Masjid dan pengaturan lain memang didorong salah satunya soal kelompok ekstrimisme. "Mereka melihat Chechnya sebagai contoh. Apalagi pemerintah Rusia sangat terganggu dengan itu," papar Muhyiddin kepada republika.co.id, via sambungan telepon, Senin (26/9).

Menurut Muhyiddin, masing-masing negara juga melihat pemerintah Rusia begitu kewalahan menangani kelompok garis keras. Untuk itu, agar tidak menjalar hingga negara mereka, maka mau tidak mau pemerintah ketiga negara harus menekan kelompok ekstrimis dengan kebijakan tidak populer tersebut. "Ya, bagi mereka ekstrimis kan umat Islam, maka aturan itu mencakup umat Islam," katanya.

Rusia, kata Muhyiddin, tentu mengharapkan ketiga negara mengawasi aktivitas kelompok ekstrimis tersebut agar tidak berhubungan satu sama lain. "Rusia masih memiliki pengaruh yang kuat di kawasan, apalagi Rusia mengharapkan pasokan gas dan minyak," katanya.

Menurut Muhyiddin, Rusia pantas khawatir lantaran mereka tidak mau pasokan tersebut tergangu oleh keberadaan kelompok ekstrimis. Mereka (kelompok ekstrimis) dianggap batu sandungan yang harus ditekan. "Jadi, Rusia dengan pengaruhnya mengharapkan mitranya memberikan tekanan," katanya.

Di dalam negeri ketiga negara, ungkap Muhyiddin, masing-masing pemerintah yang berhaluan sekuler cenderung fobia (takut) terhadap aktivitas mereka yang mengancam eksistensi kekuasaan pemerintah. Apalagi pengaruh kelompok Taliban cukup kuat. "Nah, pemerintah khawatir, jika kelompok itu tumbuh maka berbahaya bagi kelangsungan pemerintahan sekuler yang dibangun semenjak akhir 90an," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah Tajikistan, Uzbekistan dan Kazakhstan memberlakukan aturan yang mengawasi aktivitas umat Islam. Tindakan itu dilakukan mendapat pertentangan di dalam negeri. Namun, pemerintah bergeming dan tetap melaksanakan kebijakan itu.

Secara tradisional, ketiga negara memiliki populasi Muslim yang terbilang besar. Menurut sejarah, Islam dibawa masuk semenjak zaman kekhalifaan. Lalu diperkuat lagi zaman dinasti Islam hingga terakhir oleh Kesultanan Ottoman. Berdirinya emperiun Uni Soviet di akhir perang dunia, geliat Islam di kawasan ini surut. Selanjutnya, bubarnya Uni Soviet mengembalikan lagi geliat umat Islam di kawasan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement