Rabu 03 Aug 2011 10:44 WIB

Pesantren Ad Dalhariyah, Benteng Diponegoro Bendung Belanda

Nyai Hj Nur Hannah (kanan)
Foto: dok
Nyai Hj Nur Hannah (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID,MUNTILAN - Suasana relijius langsung terlihat ketika memasuki Desa Gunung Pring, Kabupaten Muntilan, Jawa Tengah. Apalagi, beberapa hari lalu ketika menjelang bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

Ratusan bahkan ribuan lelaki bersarung dan perempuan berkerudung dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta berduyun-duyun berziarah ke makam para kyai dan leluhur Keraton Yogyakarta di gunung yang sangat rimbun dengan pring (pohon bambu) itu. Selain makam, lokasi yang juga tidak jarang dikunjungi adalah pesantren salaf yang sudah sangat tua. Pesantren tersebut didirikan oleh Kyai Abdurrauf bin Raden Bagus Kemuning Hasan Tuqo yang merupakan salah satu gerilyawan Pangeran Dipenogoro.

Pesantren yang kini bernama Pondok Pesantren Ad Dalhariyah Watucongol itu dipimpin oleh Nyai Hj Nur Hannah. Beliau adalah cicit Abdurrauf.   

Abdurrauf adalah salah seorang gerilyawan andalan Pangeran Diponegoro. Dalam gerilyanya, pasukan Diponegoro sempat mempertahankan wilayah Magelang dari penjajahan. Karena, Magelang bagi militer Belanda nilainya amat strategis untuk penguasaan teritori lintas Kedua. Maka itu, Pangeran Diponegoro membutuhkan sosok yang dapat membantu perjuangannya melawan Belanda sekaligus dapat menguatkan ruhul jihad masyarakat.

Menilik dari kelebihan yang dimilikinya serta beratnya perjuangan waktu itu, maka diputuskanlah agar Abdurrauf diserahi tugas untuk mempertahankan serta menjaga wilayah Muntilan dan sekitarnya. Untuk ini, Abdurrauf kemudian tinggal di Dukuh Tempur, Desa Gunung Pring. Di sana, ia membangun sebuah pesantren sehingga masyhurlah namanya menjadi Kyai Abdurrauf.

Nyai Hannah

Semasa pimpinan Kyai Abdurrahman, kakek Nur Hannah, ponpes tersebut dipindah ke Dukuh Santren, Gunung Pring. Abdurrahaman memiliki anak bernama Dalhar Nahrawi (1870-1959) yang merupakan ayah Nur Hannah.

Semasa Dalhar beranjak dewasa, ponpes  dipindah ke dukuh Watucongol. Setelah Abdurrahman berpulang, kepemimpinan pesantren beralih ke Dalhar. Sepeninggal Dalhar, pesantren dipimpin oleh Nyai Hamimmah Zainab, ibunya Nur Hannah. Untuk mengenang jasa Dalhar yang besar untuk kemajuan ponpes, maka ponpes tersebut diberi nama Ad Dalhariyah.  

Sedangkan, Nyai Hannah memimpin ponpes menggantikan ibunya sejak sang ibu berpulang pada 17 Oktober 2010 di usia ke-90 tahun. Pada pertengahan Maret lalu, dai mantan artis Ustadz Hari Moekti berziarah ke makam Hamimmah di kompleks pesantren. Dalam kesempatan itu, Hari Moekti menyerahkan sekitar 500 Al Qur’an wakaf untuk sekitar 500 santri putri yang nyantri di Ad Dalhariyah.

Penyerahan Al Qur’an wakaf tersebut merupakan realisasi dari program Al-Qur’an Road Trip Merapi  yang diselenggarakan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an. “Sering-seringlah datang ke pesantren sehingga bisa sambung silaturahim,” ujar Nur Hannah saat melepas Hari Moekti kembali ke Jakarta.

Kegiatan Al Qur’an Road Trip ini diselenggarakan secara berkala setiap tiga  bulan. Insya Allah di bulan Oktober 2011, Al Qur’an Road Trip akan mengunjungi daerah pelosok kepulauan Nias dan Mentawai. Ingin menyalurkan Wakaf Al-Qur’an atau Zakat anda? Kunjungi www.wakafquran.org.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement