Senin 20 Jun 2011 20:19 WIB

Pastor Terry Jones Kampanyekan Anti-Hukum Syariah di AS

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Pastor Terry Jones
Foto: AP
Pastor Terry Jones

REPUBLIKA.CO.ID, DEABORN - Pastor Terry Jones tampaknya belum puas memprovokasi umat Islam. Jum'at lalu, pencetus pembakaran Alquran sedunia ini melakukan aksi kampanye penolakan pemberlakukan hukum syariah di AS.

Kampanye itu dilakukan Jones dengan cara berjalan kaki 2 mil guna mencapai Festival Internasional Arab yang berlangsung di Dearborn City Hall, Michigan. Putusan Jones untuk berjalan kaki dilakukannya lantaran kesal dengan pemberlakukan syariah di Dearborn, yang notabene merupakan kota dengan populasi Muslim terbesar di Michigan.

"Pemberlakukan hukum Islam merupakan ancaman," kata Jones seperti dilansir dari laman Jacksonville.com, Senin (20/6).

Jones juga mengatakan aksi penentangan terhadap pemberlakukan hukum Islam merupakan salah satu usaha untuk memerangi Islam. Setelah itu, lanjut Jones, masyarakat AS perlu melakukan pengawasan terhadap masjid untuk memastikan bahwa masjid adalah tempat ibadah bukan wadah penyebaran propoganda Islam.

Menanggapi ulah Jones, Walikota Dearborn Jack O'Reilly Jr telah mengatakan berulang kali bahwa kota itu tidak pernah menerapkan hukum syariah. Menurut O'Rilley, Jones dan para pendukungnya sengaja datang ke kota Dearborn guna mengatakan umat Islam telah menyebarkan ajaran kekerasan.

"Kita tahu tidak ada substansi dari tujuan mereka (Jones). Yang pasti, mereka berupaya untuk mempromosikan pesan kebencian," kata O'Reilly.

Untuk itu, O'Reily mendesak warga Dearborn untuk mengabaikan setiap omong kosong yang diucapkan Jones. Dia juga meminta agar masyarakat tidak terpancing sehingga bisa mencegah Jones memperalat warga Dearborn untuk kepentingan pribadi Jones.

Jones, pastor yang sempat mengejutkan dunia dengan ide pembakaran Alquran. Namun, ide provokatif Jones acapkali mengalami penolakan dari warga AS. Bahkan, Inggris sempat menolak mengeluarkan visa untuk Jones lantaran khawatir akan berdampak buruk bagi stabilitas dalam negeri Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement