Rabu 08 Jun 2011 11:43 WIB

Duh...Pemilihan Wakil Muslim Prancis Cenderung pada Unjuk Kekuatan Etnis Ketimbang Persatuan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Prancis
Muslim Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Delegasi dari berbagai masjid di Perancis bersiap untuk memilih wakil mereka dalam Dewan Perancis Untuk Iman Muslim (CFCM). Lebih dari 3.700 delegasi yang berasal dari 700 masjid di Perancis berpartisipasi dalam pemilihan ini.

Sayangnya, dalam pemilihan ini isu perpecahan lebih kentara ketimbang tujuan awal memperbaiki posisi Muslim Perancis yang kerap dipinggirkan pemerintah Nicholas Sarkozy.

"Pemilihan ini malah dianggap bagi negara-negara asing seperti Aljazair, Maroko dan Turki untuk mengukur kekuatan mereka," keluh Presiden Uni Organisasi Islam Perancis (UOIF), Fouad Allaoui seperti dilansir ABNA.ir, Senin (6/6). UOIF adalah skelompok yang memboikot pemilihan ini.

Alloui memaparkan unjuk kekuatan dan pengaruh masing-masing etnis justru lebih diutamakan, bukan persatuan masing-masing kekuatan itu untuk kepentingan Muslim Perancis. Sebagai gambaran, kata Allaoui, representasi perwakilan merujuk pada keberadaan besaran luar masjid bukan kepada representasi sesungguhnya.

"Masjid seluas 100 meter persegi hanya bisa memilih seorang delegasi, sementara masjid yang memiliki luas 800 meter persegi mengantongi hak untuk mengirimkan 15 delegasi. Ini jelas bukan Iman Islam, tapi memecah belah," papar Alloui geram.

Cermin perpecahan itu sudah menganga semenjak lembaga ini didirikan. Suara-suara ketidakpuasan acapkali menjadi bumbu yang menyertai pemilihan delegasi. Tercatat ada dua organisasi besar yang akhirnya memboikot pemilihan delegasi dalam CFCM. Dua organisasi itu adalah Uni Organisasi Islam Perancis (UOIF) dan Federasi Nasional Masjid Agung Paris (GMP).

Perpecahan itu bahkan menyeret sentimen antar etnis yang selama ini menjadi persoalan mendasar di Perancis. Sebagai gambaran, UOIF dan GMP merupakan pengejawantahan imigran Muslim asal Aljazair. UOIF dikenal dekat dengan kelompok Ikhwanul Muslimin. Sementara GMP lebih dekat dengan pemerintah Aljazair. Para analis sepakat benturan kepentingan berbasis etnis bakal menjadi pengganjal integrasi Muslim ke dalam Perancis.

Menteri Dalam Negeri Perancis. Claude Gueant menilai meski pelaksanaan proses pemilihan tidak berlangsung mulus. Keberadaan CFCM tetap memiliki posisi penting di Perancis, utamanya yang menyangkut dengan isu-isu Islam. "Kehadiran CFCM merupakan jembatan dalam sistem peradilan dan budaya di Perancis," kata dia.

Pemilihan ini telah berlangsung selama tiga kali. Sebagai badan nasional yang mewakili aspirasi Muslim Perancis, CFCM memang tidak memiliki andil besar dalam proses integrasi imigran Muslim ke dalam Perancis. Kasus burka dan pelarangan pengenaan jilbab merupakan salah satu gambaran ketidakberdayaan CFCM dalam menyuarakan aspirasi Muslim Perancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement