REPUBLIKA.CO.ID, Kebijakan sekuler terus diterapkan pemerintahan Tajikistan. Kebijakan terbaru Dushanbe adalah melarang para remaja yang berada di bawah 18 tahun untuk memasuki masjid. Demikian dilaporkan situs Bibak, Rabu (11/5).
Alasannya, hanya satu, para remaja tersebut takut menjadi radikal. Menurut para petinggi Dushanbe, ketika para remaja yang berada di bawah 18 tahun memasuki masjid makan akan diselewengkan kelompok radikal dan ketika keluar dari masjid benar-benar berubah menjadi teroris.
Situs Dar al-Hayah menulis, Tajisiktan yang penduduknya sekitar 96 persen beragama Islam berada di bawah pemerintahan sekuler. Tak heran jika para pejabat Tajikistan khawatir perkembangan pesat Islam di negaranya, khususnya pasca revolusi rakyat Arab yang terjadi secara beruntun dan merebaknya kebangkitan Islam ke berbagai negara lain.
Mengingat hal ini, penguasa Tajikistan melihat posisinya dalam bahaya dan berusaha menjelekkan citra masjid di mata publik dan mereka yang kerap mendatangi tempat suci ini untuk beribadah.
Selain itu, disebutkan pula bahwa penguasa sekular Tajikistan giat mempropagandakan bahwa masjid adalah pangkalan utama teroris. Tak hanya itu, mereka juga mencap umat Islam yang rajin beribadah di masjid dan menimba ilmu di sana sebagai teroris.