REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Seorang Muslim yang bekerja di hotel Waldorf-Astoria di New York dilarang menggunakan nama aslinya. Dia "dinamai" sesuai keinginan manajernya dengan alasan "nama Muslim akan membuat para tamu ketakutan."
Mohamed Kotbi, yang sudah beberapa tahun bekerja di hotel itu mempunyai nama baru, Edgar. nama itulah yang tertulis di papan nama yang tersandang di dadanya.
Kotbi, sudah bekerja di hotel itu sejak Desember 1984. Semula ia menerima saja diperlakukan demikian. Namun lama-kelamaan, ia berontak, setelah banyak diskriminasi dilakukan padanya. Ia pun menggugat hotel itu dengan tudingan melakukan diskriminasi ras dan agama.
Selama bekerja, katanya, ia beberapa kali diganti namanya menjadi John. Saat ia bertanya pada manajernya, sang namajer enteng menjawab, "Agar para tamu tak ketakutan karena kau menyandang nama Muslim."
Menurut laporan New York Post, ia melaporkan distriminasi yang dialaminya pada Equal Employment Opportunity Commission pada 2005 dan 2009. Namanya dipulihkan setelah itu.
Namun sejak November tahun lalu, ia kembali dapat nama palsu. "Lebih baik 'Edgar' ketimbang Mohamed," katanya menirukan alasan manajernya.
Namun, bukan hanya itu yang disoalnya. Adalah suasana kerja yang menjadi tak nyaman dan memojokkannya yang utama dikeluhkannya. Ia kerap dipanggil "teroris" atau "Al Qaeda Boy" baik oleh manajer maupun rekan-rekannya.