Rabu 31 Oct 2018 01:19 WIB

Tiap Hari, Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa Layani 30 Pasien

Dompet Dhuafa akan berada di Donggala hingga masa pemulihan pascabencana selesai.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolanda
Kegiatan di Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa di Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (30/10).
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Kegiatan di Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa di Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DONGGALA -- Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa di Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) rata-rata melayani 20 hingga 30 pasien per hari.

"Rata-rata per hari 20-30 untuk 24 jam. Kami sudah total hari keenam, jadi total ada 150an pasien," kata tim dokter Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa Evan Pramudito Mulyadi di Desa Lende, Selasa (30/10).

Dia menjelaskan Dompet Dhuafa memusatkan klinik kesehatan di Desa Lende yang bisa diakses 24 jam tujuh hari. Tim terdiri dari satu dokter, satu perawat, dan satu bidan. Posko kesehatan ditempatkan di halaman rumah warga yang memungkinkan tim memberi layanan kesehatan.

Evan menjelaskan, Kecamatan Sirenja memiliki sejumlah desa, seperti Lende, Tompe, Labean. Tim kesehatan aktif melakukan penilaian ke desa-desa dan tempat pengungsian. Tim kesehatan selalu mengatakan pada kepala desa dan tokoh masyarakat agar mengimbau jika ada masyarakat yang butuh pengobatan medis, bisa datang ke Klinik Kesehatan Dompet Dhuafa.

Untuk Desa Labean, dia mengatakan, masyatakat tidak menyarankan tim untuk berangkat ke sana. Hal itu lantaran perjalanan menuju lokasi harus melewati tebing, jalan sempit, retakan jalan, bukit longsoran.

"Jadi kami hanya mengimbau ke tokoh masyarakat Desa Labean agar yang mau berobat, agar datang ke Desa Lende," ujar dia.

Evan mengatakan ada beberapa warga Desa Labean yang tertarik menyambangi klinik kesehatan. Dia menjelaskan, umumnya kondisi kesehatan atau masalah penyakit warga Kabupaten Donggala, tidak jauh berbeda dari Palu, Kabupaten Sigi, yakni diare, batuk, pilek, muntah, demam.

"(Di sini) hanya masalah akses saja. Untuk Palu dan Sigi lebih dekat dari bandara, sementara Donggala butuh 2,5 jam," tutur dia.

Terkait pasien sakit parah, Evan mengatakan tim kesehatan belum pernah mengeluarkan rujukan pada pasien agar mendapat perawatan di rumah sakit (RS). Namun, klinik kesehatan menangani pesien yang keluar dari RS.

Evan menjelaskan, tim kesehatan Dompet Dhuafa akan berada di Donggala hingga masa pemulihan pascabencana selesai. Namun, tim kesehatan selalu melakukan rotasi personil setiap tiga hari sekali.

Salah satu pasien dari Desa Lende, Nurma (60) mengeluhkan sakit perut akibat maagnya kambuh. Dia mendapat pemeriksaan dan obat dari tim kesehatan.

"Tadi pagi abis jualan sakit ini perut. Ada punya maag," ujar dia.

Nurma juga mendapat bantuan peralatan mandi dari Dompet Dhuafa yang berisi pasta gigi, sikat gigi, sabun mandi, sabun cuci, handuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement