Senin 07 Sep 2015 15:06 WIB

Titiana: Mengapa Orang Hanya Berdoa di Depan Gambar (1)

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
mualaf (ilustrasi)
Foto: onislam.net
mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kecil, pemilik nama asli Titiana ini terlahir dari keluarga besar Kristen Ortodok. Ia dibiasakan pergi ke Gereja Ortodoks Rusia oleh neneknya. Gadis itu juga aktif dalam paduan suara gereja. Ia biasa diundang untuk menyanyikan lagu-lagu Kristiani.

Titiana mengaku senang. Kendati, tak dimungkiri ada banyak pertanyaan mengendap di benaknya. Setiap kali pergi ke gereja, gadis itu tidak bisa mengerti mengapa orang-orang berdoa di depan gambar dan patung. Itu adalah konflik besar dalam hati dan jiwa Tasnim.

Sempat dalam beberapa kali kesempatan, gadis asal sebuah kota sekitar 60 kilometer dari Bishkek, ibu kota Kirgistan, ini bertanya kepada neneknya. "Mengapa orang hanya berdoa di depan gambar?" ungkap Tasnim, mengenang pertanyaannya semasa kecil. Tidak ada yang bisa memberinya jawaban yang benar. Sayangnya, ia juga masih terlalu kecil untuk bisa mengerti.

Ke mana pun berlari, ia terus-menerus terantuk pada pertanyaan masa kecilnya. Mengapa orang berdoa di hadapan gambar atau patung? Atas dasar ini, ia terus melanjutkan pencarian spiritualnya. Titiana ingin menemukan agama yang benar-benar memuaskan jiwa. Ia mencoba melihat berbagai agama yang berbeda.

Titiana mulai bersikap kritis ketika berusia sekitar 19 atau 20 tahun. Layaknya generasi muda era digital, ia menyusuri agama-agama yang berbeda di seluruh dunia lewat buku-buku, perpustakaan, dan internet. Gadis itu mengaku sempat tertarik pada agama Hindu dan Buddha. Meski, menurut dia, sebatas mengenali konsep agama itu.

Titiana juga mulai membaca Alkitab dengan lebih teliti. Pertanyaan-pertanyaan seputar eksistensi menggelitik gadis itu. Seperti, mengapa kita di sini? Mengapa Tuhan menciptakan manusia?

Apa yang kita lakukan di sini, di bumi ini? Bagaimana dengan bintang gemintang, alam semesta, dan segala sesuatu?

Gadis Kirgistan itu menelusuri ayat-ayat Perjanjian Lama di Alkitab. Namun, semua informasi yang muncul sangat berbeda ketika ia membaca Perjanjian Baru. Itu menimbulkan lebih banyak pertanyaan dibanding jawaban bagi Titiana. Tak ada pretensi apa pun, Titiana ha nya ingin mene mukan kebenaran.

Di tengah ke gelisahan itu, dia menemukan sebuah komunitas yang mendakwahkan Islam. Islam bukan agama yang asing bagi Titiana. Mayoritas penduduk negara republik di Asia Tengah ini memeluk Islam.

Pemeluk Gereja Ortodoks Rusia di wilayah yang pernah dikuasai Uni Soviet ini berada di urutan kedua.

Titiana mulai mendapatkan berbagai pengetahuan keislaman.

Mereka menjelaskan banyak hal tentang prinsip-prinsip Islam. Mereka juga mengajari wudhu dan shalat. Ia takjub mendengar hadis Nabi Muhammad tentang kehidupan. "Apa yang harus kita lakukan dan apa yang seharusnya tidak kita lakukan," ucap Titiana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement