Sabtu 19 Jan 2019 17:31 WIB

Kajian Filsafat Islam akan Dipertahankan di Perguruan Tinggi

Filsafat merupakan ilmu penting yang bermanfaat tangkal hoaks di era sekarang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Media sosial (ilustrasi)
Foto: EPA
Media sosial (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Filsafat mempunyai peran penting di era banyaknya hoaks yang beredar di media sosial. Saat ini masyarakat sangat mudah terpengaruh oleh kabar yang belum tentu kebenarannya. 

Menurut Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Prof Arskal Salim, hal itu terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang filsafat, sehingga tidak dapat berpikir kritis. 

“Inilah pentingnya filsafat bagi proses-proses sosial politik yang sebenarnya hari ini. Banyak sekali terjadi hoaks-hoaks karena mereka tidak memiliki tradisi berpikir kritis. Filsafat itu kan cara untuk berpikir kritis. Berfilsafat itu adalah modalnya bertanya,” ujar Arskal saat menjadi pembicara dalam acara International Conference of Islamic Philosophy (ICIPH) di komplek DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (18/1).

Dalam kegiatan yang diselenggarakan Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) dan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) tersebut, Arskal menjelaskan dengan filsafat masyarakat akan memiliki daya berpikir kritis. “Dengan fisafat, masyarakat akan terbiasa menanyakan atau melakukan verifikasi terhadap informasi yang belum jelas tentang kebenarannya,” tutur dia. 

Sementara, menurut dia, seseorang yang tidak menggunakan akalnya untuk berpikir kritis akan sulit membedakan antara berita hoaks dan fakta. “Orang-orang yang tidak mengandalkan akalnya untuk bertanya akan sangat mudah mendapat pengaruh dari hoaks seperti itu dan menerima serta meneruskannya. Itu yang kita sayangkan,” kata Arskal.  

Arskal megimbau kepada perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mempertahankan kajian filsafat, sehingga dapat meningkatkan daya berpikir kritis masyarakat, khususnya di kampus. 

Di samping itu, menurut dia, perguruan tinggi juga harus memiliki program studi agama yang lebih banyak dari program studi umum. 

“Filsafat itu kan sebagai pusat tradisi studi Islam yang sudah sangat tua ini tetap harus diperjuangkan agar tetap bisa punya masa depan. Karena itu, kita akan mempertahankan kajian-kajian filsafat di beberapa perguruan tinggi Islam baik negeri ataupun swasta,” jelas Alumni Universitas Indonesia ini. 

Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Kholid Al-Walid, mengatakan tradisi berpikir kritis dalam filsafat tidak hanya akan mampu menangkal berita hoaks, tapi juga akan mencegah radikalisme dan ekstremisme yang dapat mempengaruhi masyarakat. 

Menurut Kholid, seharusnya cara berpikir kritis itu sudah diajarkan sejak di level pendidikan dasar dan menengah. 

“Masyarakat sejak remaja harusnya sudah terbiasa untuk berpikir kritis, mendalam, rasional dan substansial dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga tidak terjebak pada problem radikalisme dan ekstrimisme,” kata Kholid. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement