Jumat 21 Sep 2018 11:05 WIB

5 Racun dan 5 Penawarnya

Salah satu racun itu adalah dunia, penawarnya adalah zuhud.

Zikir  merupakan salah satu penawar racun, agar manusia terhindar dari perkataan yang sia-sia.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Zikir merupakan salah satu penawar racun, agar manusia terhindar dari perkataan yang sia-sia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Dalam kehidupan ini banyak racun yang dapat menyebabkan hidup seseorang celaka. Namun, racun itu ada penawarnya. Karena itu, perlu bagi setiap orang mengetahui racun tersebut dan paham pula penawarnya.

“Ada sebuah perkataan hikmah yang menyebutkan, ada lima racun dan lima penawar,” kata Ustaz Muhajir Affandi saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBB) di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/9).

Racun pertama, kata Muhajir, dunia. “Dunia adalah racun yang menghalangi kita untuk melihat akhirat. Penawarnya adalah zuhud, yakni meletakkan dunia di tangan, bukan di hati. Ketika seseorang bisa bersikap zuhud, maka dunia jadi kendaraan baginya menuju akhirat,” kata dosen Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.

Racun kedua, kata Muhajir, harta. Harta merupakan racun. Banyak orang bermusuhan, bahkan sampai saling bunuh, gara-gara berebut harta.

“Penawarnya adalah zakat. Orang yang terbiasa membayar zakat, maka hartanya tidak jadi racun,” ujarnya.

Racun ketiga adalah berkata yang sia-sia. “Perkataan yang sia-sia adalah racun. Supaya perkataan kita tidak jadi racun, maka gunakanlah penawarnya, yakni zikir,” tuturnya.

Racun keempat adalah umur. “Seluruh umur kita jadi racun. Penawarnya supaya tidak jadi racun adalah taat kepada Allah,” paparnya.

Racun kelima, kata Muhajir, bulan. Ia menjelaskan, seluruh bulan dalam satu tahun itu bisa jadi racun. Penawarnya adalah bulan Ramadhan. “Ramadhan disiapkan oleh Allah bagi kaum Muslimin  untuk merenung dan muhasabah. Tak heran kalau Rasulullah mengatakan, ‘Seandainya tidak memberatkan bagi umatku, aku ingin seluruh bulan dalam setahun adalah bulan Ramadhan’,” ujar Muhajir Affandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement