Jumat 14 Sep 2018 16:15 WIB

Islam Tumbuh Subur di Lombok

Islam masuk ke Lombok sebelum abad ke-10.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Masjid Al Abror di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, yang rusak akibat gempa.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Masjid Al Abror di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB, yang rusak akibat gempa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masyarakat Nusa Tenggara Barat di kenal lekat dengan Islam. Hampir 9.000 masjid berdiri di pulau yang baru terkena musibah itu.Masjid-masjid itu menjadi saksi betapa Islam tumbuh subur di Lombok.

Budayawan NTB, Lalu Mohamad Patria, menjelaskan, Islam masuk ke Lombok sebelum abad ke-10. Hal tersebut merujuk kepada keberadaan masjid tertua di NTB, yaitu Masjid Rembitan. Masjid tersebut berasal dari sebuah kerajaan tertua, yaitu Sile Dendeng. Di situ sudah terdapat kalimat bismillah.

Dia mengatakan, corak keislaman masyarakat setempat tidak berbeda dengan Muslim di daerah lain. Muslim NTB menganut paham Ahlussunah waljamaah. Mereka juga menjalankan kaidah-kaidah Islam sebagaimana masyarakat Muslim lainnya di Indonesia. Cuma mungkin zaman dahulu, ratusan tahun lalu, awalnya ada wetu telu, tapi sekarang gakada, ujar Patria kepada Republika.co.id, Rabu (12/9).

Wetu telu, kata Patria, merupakan pemahaman masyarakat Sasak yang mengajarkan bahwa shalat hanya diwajibkan tiga kali sehari. Lemahnya pemahaman masyarakat terhadap Islam membuat ajaran itu sempat mewarnai warga Lombok. Namun, dia menjelaskan, wetu telu Islamtidak dipraktikkan lagi.

Penolakan terhadap wetu telu tak membuat masyarakat Lombok alergi dengan budaya asli.Untuk busana tradisional saja, kata dia, tokoh agama dan masyarakat setempat kerap mengenakan pakaian adat.

Perkembangan Islam NTB yang sudah lama membuat masyarakat setempat taat dalam menjalankan ajaran agama. Gempa bumi berturut-turut yang menghancurkan ratusan ribu rumah di Lombok beberapa waktu lalu pun menjadi ujian bagi mereka. Butuh waktu lama untuk pulih dari beban trauma itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement