Jumat 08 Sep 2017 17:30 WIB

Kesabaran Berdakwah

Dakwah/ilustrasi
Dakwah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tak berhenti sampai di sana, saat itu juga Thufail siap mengemban tugas dakwah kepada kaumnya. Selepas bersyahadat, ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah orang yang dipatuhi di tengah kaumku. Aku akan pulang kepada mereka serta menyerukan Islam. Karena itu, berdoalah kepada Allah supaya Dia berikan kepadaku satu tanda yang menolongku tentang apa yang aku serukan."

Rasulullah pun berdoa, "Ya Allah, berikanlah kepadanya suatu tanda."

Singkat kata, Thufail kembali kepada kaumnya di tanah Daus. Kali pertama, lelaki itu menyampaikan seruan berislam kepada ayahnya. Thufail ceritakan pokok-pokok ajaran yang dibawa Muhammad dan pengalamannya di Makkah. Tanpa pikir panjang, sang ayah langsung bersyahadat. Demikian pula ibu dan istrinya. Hati Thufail diliputi ketenangan. Islam telah menyelimuti seluruh anggota keluarganya.

Thufail kemudian beralih menyeru sanak saudara dan seluruh penduduk Daus. Tetapi, tak seorang pun sudi masuk Islam, kecuali Abu Hurairah. Kaum Daus malah merendahkan dan menjauhinya. Lama kelamaan, Thufail pun habis kesabaran. Ia segera menaiki kuda dan menempuh perjalanan kembali kepada Rasulullah.

Sesampainya di Makkah, Thufail bergegas menuju kediaman Rasulullah. Hatinya sudah penuh diliputi keluh kesah dan kerinduan. Ia mengadu, "Wahai Rasulullah, sungguh Daus telah diselimuti oleh zina dan riba. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar menghancurkan Daus!"

Rasulullah pun mengangkat tangan dan berdoa. Tak seperti permintaan Thufail, Nabi justru mendoakan petunjuk bagi mereka. "Ya Allah, berilah petunjuk kepada Daus dan datangkanlah mereka sebagai orang-orang Islam." Beliau kemudian menoleh kepada Thufail dan berkata, "Kembalilah kepada kaummu, serulah mereka dengan lemah lembut."

Doa itu mengherankan Thufail, sekaligus membuatnya sadar. Thufail pun bangkit dan kembali kepada kaumnya. Kini, dia serukan Islam dengan bijak dan lemah lembut sebagaimana pesan Rasulullah. 

Ketika Rasulullah berada di Khaibar, sesudah kaum Muslim menaklukkan kota ini, datanglah serombongan besar kaum Daus. Sebanyak 80 keluarga duduk di hadapan Rasulullah. Secara bergantian, mereka menyatakan keislamannya.

Tinggallah Thufail duduk seorang diri menyaksikan pemandangan penuh berkah itu. Ia merenungkan perjalanannya. Ia teringat hari ketika dirinya mendatangi Rasulullah seraya meminta beliau mendoakan kehancuran kaumnya. Akan tetapi, Rasulullah justru memanjatkan doa yang lain. "Ya Allah, berilah hidayah pada Daus dan datangkanlah mereka sebagai orang-orang Islam." Thufail memuji Allah sebesar-besarnya.

Demikianlah, hidayah adalah kuasa mutlak Allah SWT. Kesabaran Thufail berdakwah sesuai arahan Rasul sampai mengantarkan 80 keluarga Daus ke hadapan Rasulullah.

Dalam ar-Rum ayat 60, Allah berfirman, "Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu." Inilah dimensi lain dari dakwah yang beliau ajarkan.

Imam Ahmad ibn Hanbal berkata, "Beramar makruflah dengan lemah lembut. Jika mereka tidak suka, mereka tidak akan marah. Dan Anda akan dianggap sebagai orang baik yang ingin menolong mereka."

Apa yang kita tanam hari ini tak mesti kita tuai esok hari. Mungkin kita tak sempat menikmati. Atau mungkin Allah menyimpannya untuk saat yang lebih tepat. Yang pasti, benih-benih kebaikan itu tak pernah terbuang percuma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement