Ahad 29 Jan 2017 04:19 WIB

Jubah, Aksara Latin, NU: Apa itu Budaya Islam dan Arab?

Gambar Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an.
Foto: Gahetna.nl
Gambar Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an.

Oleh: Prof DR Abdul Hadi WM*

Beberapa tahun terakhir ini, apabila saya pulang ke kampung halaman di Madura, saya selalu melewati jalan di pantai utara. Panjangnya sekitar 110 km dari jembatan Suramadu sampai Pasongsongan, kota kecamatan di utara Sumenep.

Sepanjang perjalanan saya melihat kota-kota kecamatan tampak kian ramai dari waktu ke waktu. Pemandangan juga tampak indah. Masjid-masjid bagus berdiri di tiap kota kecamatan, didirikan oleh mereka yang sukses menjadi saudagar kaya di pulau Jawa dan Kalimantan. Sebagian dari rumpah perantau itu tidak kalah bagus dari rumah orang kaya di Pondok Indah, Jakarta.

Tak terasa pemandangan lain cukup menyolok saya saksikan. Munculnya satu dua restoran yang menjual makanan seperti Burger, kebab dan masakan Arab lain.

Suatu ketika hari Jumat. Jam 13.00 siang saya tiba di Tanjungbumi. Jemaah shalat Jumat baru usai menunaikan ibadah. Mereka berpakaian seperti pengikut FPI. Jubah putih ala Arab. Saya berpikir apakah mereka anggota FPI. Saya tanya kepada pemilik restoran. Jawabnya bukan. Mereka adalah anggota NU.

Saya merasa puas dengan jawaban itu. Saya sudah lama tahu bahwa ormas Islam yang memelihara budaya Arab di Madura pada umumnya adalah NU. Barzanji, diba', mauludan, salawatan dan lain sebagainya adalah budaya-budaya Islam yang dibawa dari Arab.

Budaya-budaya itu sama sekali tidak populer di lingkungan Muhammadiyah. Orang-orang Muhammadiyah lebih akrab dengan musik Barat dan gaya berpakaian seperti orang Belanda.

Nah, kalau diba' dan mauludan dikatakan budaya Arab, tunggu dulu. Arabnya memang bukan Arab Wahabi, tetapi Arab Sunni Syafii, jadi Arab sebelum munculnya Wahabi.

Catatan kecil ini pnting dibuat supaya kita tidak sembarangan berbicara tentang hubungan Islam dan budaya Arab. Kebudayaan Islam sejatinya tidak identik dengan kebudayaan Arab, Iran, Turki atau Melayu. Tetapi pada saat yang sama ia mengandung unsur Arab (`urubiyah) dan Iran/Persia. Tambah unsur Turki, India, Melayu, dan lain-lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement