Kamis 24 Dec 2015 20:53 WIB

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Momentum Pembinaan Akhlak

Rep: c16/ Red: Damanhuri Zuhri
Jamaah mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (24/12). (Republika/Agung Supriyanto)
Jamaah mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (24/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bidang Hukum, Sarana, dan Wakaf, Natsir Zubaidi mengimbau umat Islam untuk merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan semangat membina akhlak mulia.

Semangat itu, menurut Natsir, perlu digaungkan mengingat Indonesia sedang berada dalam suasana krisis etika dan moral. Ia mengajak umat Islam untuk tidak terpancing dengan suasana Natal yang biasanya cukup ingar-bingar.

"Sebaliknya, justru harus termotivasi untuk merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam konteks fastabiqul khairat (berlomba dalam berbuat kebajikan)," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika belum lama ini.

Natsir yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momentum yang sangat baik bagi masjid, pesantren maupun perguruan Islam untuk melakukan gerakan perbaikan moral. "Ini penting untuk menyelamatkan bangsa dari bahaya kehancuran," ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengimbau agar antarumat beragama dapat saling memperkuat tali persaudaraan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari konflik ataupun gesekan.

Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang tahun ini berdekatan dengan perayaan Natal, doktor dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi ini, berharap, para pemimpin agama dapat menyampaikan nilai-nilai persaudaraan dan kebangsaan kepada umatnya.

Sebab, ungkap Satori, pada hakikatnya agama semestinya mengarahkan umatnya kepada kebaikan bukan mengajak kepada kerusakan ataupun kekerasan.

Ia pun meminta para pemimpin agama untuk mengajak umatnya ke arah pembangunan bangsa karena Indonesia sejak dulu dibangun atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. "Jangan sampai mengangkat isu-isu sara (suku, agama, ras, dan antargolongan) ke atas permukaan," ujar Satori mengingatkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement