Rabu 09 Sep 2015 10:30 WIB

'Indonesia tak Dapat Lepas dari Radikalisme Agama'

Rep: c 27/ Red: Indah Wulandari
Aksi radikalisme (ilustrasi)
Foto: indianmuslimobserver.com
Aksi radikalisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Radikalisme harus didorong menjadi sebuah isu yang perlu dibahas secara lebih serius di skala nasional dan internasional.

Berkenaan dengan hal tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Zulkifli, menerangkan bahwa fenomena radikalisme saat ini terus bergulir ke pelbagai belahan dunia.

Menurutnya, negara Indonesia yang dikenal dengan negara dengan model keislaman. Terlihat dari sebagian penduduknya dapat dikatakan toleran dan damai juga tidak dapat melepaskan isu radikalisme.

"Ternyata Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari ancaman radikalisme agama dan kekerasan politik," ujar Zulkifli saat pembukaan International Conferences on Religious Radicalism and Political Violence: Towards Nation-State Building di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (8/9).

Zulkifli menjelaskan bahwa ancaman paling nyata dan masif dari radikalisme datang dari organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka hendak mendirikan agama Islam dengan cara-cara kekerasan bahkan tindakan-tindakan sadis.

Melihat hal tersebut, seharusnya masyarakat Indonesia tidak mudah tertarik dengan kegiatan-kegiatan ISIS, namun tanpa dipungkiri ada saja masyarakat yang berminat ikut bergabung bersama organisasi yang mesahkan tindakan barbarian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement