Sabtu 15 Feb 2014 17:07 WIB

Jejak Kesultanan Samudra Pasai (1)

Ilustrasi Kerajaan Samudra Pasai.
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi Kerajaan Samudra Pasai.

Oleh: Afriza Hanifa

Kerajaan ini tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional.

Di sebuah kampung di Aceh Utara, sekitar 16 kilometer dari Lhokseumawe, terdapat makam para raja. Salah satu yang terkenal yakni makam Malik Al-Saleh.

Batu nisan makam tersebut menjadi bukti arkeologis berdirinya kesultanan Islam di ujung utara Pulau Sumatra. Tak hanya itu, makam ini pula yang menjadi bukti dan petunjuk sejarah masuknya Islam ke Nusantara.

Malik Al-Saleh, dialah sultan pertama Kerajaan Samudra Pasai. Ia mendirikan kerajaan yang disebut-sebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara pada 1267.

Sultan yang bernama asli Meurah Silu itu memimpin Samudra Pasai hingga 1326 Masehi. Di bawah kebijakannya selama kurang lebih 29 tahun, Samudra Pasai amat ramai dan makmur. Perekonomian masyarakat amat maju, persebaran Islam pun sangat pesat. Lokasi kerajaan Islam ini sangat strategis. Inilah pintu masuk pelayaran ke Asia Tenggara.

Marwati Djoemed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia III menyebutkan, letak kerajaan Samudra Pasai lebih kurang 15 kilometer di sebelah timur Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Kawasan ini diperkirakan mulai tumbuh pada 1270 hingga 1275 Masehi atau pertengahan abad ke-13.

Sejak abad ketujuh dan kedelapan hingga abad kesebelas, di daerah pesisir Selat Malaka dan juga di Cina Selatan memang telah tumbuh komunitas-komunitas Muslim akibat Islamisasi.

Sesuai dengan situasi dan kondisi kerajaan Sriwijaya yang sedang mengalami kelemahan akibat perluasan kekuasaan Kerajaan Singasari dari Jawa, menyebabkan Sriwijaya sejak awal abad ke-13 kurang mampu melakukan kontrol.

"Lambat laun muncul komunitas Muslim yang akhirnya tumbuhlah Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara," kata Marwati.

Menurut Marwati dan Nugroho, tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi.

Sejak abad ketujuh dan kedelapan Masehi, para pedagang Muslim dari Arabia, Persia (Iran), dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya mulai memegang peran penting dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional yang waktu itu jaraknya lebih jauh. Yaitu, dari Teluk Aden, Teluk Persi, melalui Samudra India-Selat Malaka, sampai Lautan Cina.

Perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan melalui Selat Malaka sejak abad-abad tersebut disebabkan pula oleh upaya-upaya perkembangan kekuasaan di Asia Barat di bawah Bani Umayyah (660-749 M), di Asia Timur di bawah Dinasti Tang (618-907 M), dan di Asia Tenggara di bawah Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14 M).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement