Rabu 20 Nov 2013 14:01 WIB

Bersama Memaknai Hijab

Gaya hijab cantik
Foto: styles-guide.com
Gaya hijab cantik

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Zarinah El-Amin Naeem menghelat sebuah pameran. Ini tentang kerudung atau hijab. Ia menghadirkan perempuan dari berbagai agama yang ada di Detroit, Amerika Serikat (AS), Ahad (17/11) lalu. Mereka berbagi pengalaman dan nilai mengenai hijab.

Pakaian ini tak hanya dikenal di kalangan Muslim, tetapi juga Kristen dan Yahudi. “Kami terinsipirasi dari semua keyakinan bahwa menutup kepala dan tubuh menjadi bagian dari mereka,” kata Naeem, seperti dilansir On Islam, Senin (18/11).

Ia menuturkan, ada sesuatu yang magis soal menutup kepala dengan kain yang disebut kerudung atau hijab. Sebuah cara berpakaian yang dipraktikkan oleh sejumlah agama selama berabad-abad. Jika melihat para raja dan ratu, ada sesuatu yang bertengger di kepala mereka.

Lebih dari 500 orang hadir dalam ekspo yang disebut head-wrapping expo di Universitas Michigan itu. Pengunjung juga berasal dari beragam agama. Ada Muslim, Kristen, dan pemeluk Yahudi. Mereka pun memiliki latar belakang berbeda. Ada perempuan Jepang, Asia Selatan, dan Arab.

Naeem, Muslimah Afro-Amerika ini, mengatakan, hijab merupakan sebuah cara menunjukkan kecantikan dan cita rasa individu. “Berhijab seperti membangun sebuah keberanian, kekuatan, spiritualitas, sekaligus cinta,” ujarnya.

Putri dari Imam Abdullah El-Amin dari Detroit itu mengatakan, ekspo tersebut bersifat interkultural, interrasial, dan antariman. Sejumlah perempuan Yahudi dan Muslim yang hadir juga berbagi pandangan. “Saya lebih nyaman berkerudung,” kata Gail Weignenger (26 tahun), Yahudi Ortodoks.

Dalam ajaran Yahudi, ujar Malka Perlamn (37), jiwa berakar pada otak. “Jadi, menutup kepala membuat orang tak melihat sensualitas, tetapi pada kecantikan dan kehormatan,” kata perempuan asal Baltimore tersebut.

Seorang Muslimah, Angel Mechling (34), terlihat membawa serta anak perempuannya yang berusia 12 tahun. Ia mengenakan hijab.

“Saya ingin anak saya tahu, hijab bukanlah beban, melainkan ini tentang kebebasan, kesenangan, dan fashion,” kata perempuan asal Dearbon itu.

Mechling merupakan perempuan berkulit putih. Ia juga seorang mualaf. Mechling memiliki alasan tersendiri mengapa memutuskan untuk mengenakan hijab. Dengan hijab, ujarnya, ia dilihat sebagai seorang pribadi bukan dari sisi seksualitasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement