Jumat 14 Jun 2019 16:00 WIB

Kisah Zulkarnain, Raja yang Saleh

Sejarah dan nasib Zulkarnain telah diriwayatkan dalam Alquran.

Gurun pasir.
Foto: Wordpress.com
Gurun pasir.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Siapakah Zulkarnain itu? Apakah ia seorang nabi? Pertanyaan tersebut kerap terlontar ketika seseorang membaca kisahnya yang termaktub dalam Alquran, tepatnya dalam surah al-Kahfi.

Cukup banyak perbedaan pendapat di kalangan penafsir dan sejarawan terkait dengan sosok Zulkarnain. Serta spekulasi, di antara tokoh-tokoh besar Islam, siapa yang cocok untuk menjadi pribadi Zulkarnain.

Selain itu, cukup banyak pula riwayat yang menyebutkan Zulkarnain bukanlah seorang nabi, melainkan hamba yang saleh. Seperti Imam Baqir pernah berkata, "Zulkarnain bukan seorang nabi, melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT."

Sejarah dan nasib Zulkarnain telah diriwayatkan dalam Alquran. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj. Bangsa yang dipercaya akan turun ke bumi ketika hari kiamat untuk melawan Nabi Isa di Bukit Thursina.

Alquran telah menguraikan cukup detail perihal sifat-sifat utama Zulkarnain. Yakni pribadi bertauhid dan bertakwa, serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan.

Hal ini tergambar ketika Zulkarnain melakukan sebuah ekspedisi. Seperti diterangkan Alquran, ia mempunyai tiga ekspedisi penting, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi.

Terkait ekspedisi ini, sebagian ahli tafsir percaya Zulkarnain pergi dari arah timur menuju utara. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah gunung yang berapitan, yang menjadi penghalang antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia.

Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir tidak mengerti dan memahami percakapan. Namun, Allah SWT memberi hidayah kepada Zulkarnain, sehingga bahasa kaum yang asing itu dapat dimengerti olehnya.

Kemudian, kaum itu pun mengeluh dan mengadu kepada Zulkarnain tentang kejahatan Ya'juj dan Ma'juj. Kaum itu berkata, "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka, dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran (upah) kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (QS al-Kahfi: 94)

Zulkarnain pun mengabulkan permintaan mereka, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ia bangun sebuah benteng yang terbuat dari besi dan tembaga agar bangsa Ya'juj dan Ma'juj tidak dapat menerobos ke dalam permukiman kaum tersebut. Seperti dia berkata, maka mereka (Ya'juj dan Ma'juj) tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. (QS al-Kahfi: 96)

Kisah tersebut menjadi refleksi betapa Zulkarnain adalah seorang Mukmin yang bertauhid, penyayang, dan tidak menyimpang dari jalan keadilan. Sifat-sifat tersebut membuatnya mendapat perhatian khusus dari Allah SWT. Sebab, sosoknya adalah sahabat bagi para budiman dan pembuat kebajikan, namun musuh bagi para perusak dan budak kejahatan.

Kebesaran Zulkarnain tersebut juga telah dikenal sebagian kalangan sebelum Alquran diturunkan ke bumi. Oleh karena itu, kaum Quraisy atau Yahudi pernah menanyakan hal tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. 

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman, "Mereka menanyakan kepadamu tentang Zulkarnain." (QS al-Kahfi [18]: 83). Kendati sifat-sifatnya diuraikan, namun Alquran memang tidak menyebutkan atau menjelaskan secara terperinci perihal siapa sebenarnya Zulkarnain atau ke mana saja dia menjelajah.

Menurut Dr Yusuf Qardhawi, kisah Zulkarnain melukiskan tentang contoh seorang raja saleh yang diberi kekuasaan di bumi, meliputi belahan timur dan barat, oleh Allah SWT. Segenap manusia dan penguasa negara tunduk pada kekuasaannya. Kendati demikian, Zulkarnain tetap istikamah sebagai seorang yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT.

Hal ini tergambar ketika dia membangun benteng untuk kaum dhaif yang ketakutan kepada bangsa Ya'juj dan Ma'juj. "Zulkarnain berkata, ini (benteng) adalah suatu rahmat dari Tuhanku. Maka, apabila sudah tiba janji Tuhanku, Dia pun akan menjadikannya rata dengan bumi (hancur lebur). Dan janji Tuhanku itu adalah benar." (QS al-Kahfi: 98)

Yusuf Qardhawi menilai, terdapat tujuan tersendiri mengapa Allah SWT meriwayatkan kisah Zulkarnain dalam Alquran. Salah satunya adalah sebagai contoh dan pelajaran kepada seluruh manusia di bumi. Yakni agar mereka tidak congkak dan angkuh ketika memiliki kekuasaan yang besar di tangannya.

Terlebih lagi, dengan kekusaannya tersebut, ia menyepelekan dan mendustakan Allah SWT. Kisah seperti Zulkarnain telah difirmankan oleh Allah SWT, "Sesungguhnya kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal." (QS Yusuf: 111). n 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement