REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qanat adalah jenis saluran irigasi bawah tanah yang menghubungkan sumber mata air menuju dataran gersang yang bakal diairi. Kata qanat berasal dari bahasa Arab dan dikenal sebagai sistem pengairan kuno di Iran. Satu sumber mata air menjadi tumpuan pembuatannya.
Qanat juga menjadi semacam parit atau sumur bor buatan yang mengucurkan air melalui lereng-lereng bukit. Teknik ini telah digunakan secara luas di kalangan masyarakat Muslim pada abad pertengahan hingga zaman modern.
Perkiraan terbaru menunjukkan, 75 persen dari semua air yang digunakan di Iran berasal dari qanat. Panjang salurannya lebih dari 100 ribu mil. Qanat juga masih digunakan di beberapa bagian dunia Arab, terutama di selatan-timur Semenanjung Arab dan di Afrika Utara.
Sistem qanat digunakan pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Khalifah al-Mutawakkil (847-866) membangun sistem qanat untuk pasokan air ke istana barunya di Samarra. Penggalian artefak menunjukkan bahwa air diperoleh dari air tanah di Tigris bagian atas dan disalurkan ke Samarra melalui qanat sepanjang 300 mil.
Dalam salah satu karyanya, Inbat al-Dakwah Islamiyah al-Khafiyya, al-Karaji menjelaskan sistem kerja saluran qanat serta tata cara pembersihan dan pemeliharaannya. Salah satu bagian dari buku ini secara perinci membahas teknik mengeksplorasi air tanah. Dijelaskan pula bagaimana survei kemiringan qanat dilakukan dan bagaimana bekerja di bawah keadaan yang sulit.
Lantas, bagaimana jika qanat berada pada kondisi tanah berlempung atau tanah liat yang jenuh dengan air? Pada kondisi, saran al-Karaji adalah segera hentikan pembuatan qanat karena ada risiko runtuhnya konstruksi bawah tanah. Dalam bukunya, ia memberi panduan seputar spesifikasi tanah yang bisa dan aman dibuat qanat.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
