Senin 08 Apr 2019 05:05 WIB

Keberanian Menghadapi Tiran

Al-ansi menjadi tiran karena kembali kufur pascameninggalnya Rasulullah.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kisah ini bermula ketika Aswad al-Ansi, seperti dinukilkan dari Mereka adalah Para Tabi'in karya Dr Abdurrahman Ra'at Basya, kembali kekufuran pascameninggalnya Rasulullah SAW. Ia mengaku kepada kaumnya sebagai nabi yang diutus oleh Allah SWT.

Al-Ansi memang agak beruntung mendapat karunia fisik yang kuat dan kecerdasan otak. Tetapi, anugerah itu ia salah gunakan untuk menentang Sang Khalik. Ia akrab dengan dunia sihir.

Propaganda dan ajakan al-Ansi mendapat respons luar biasa dari para pengikutnya di pelosok Yaman. Ia mendapat sokongan dari Bani Madhaj, kelompok terbesar di Yaman dari segi jumlah dan kekuasaannya. Masih pula didukung oleh kemampuan untuk merekayasa cerita dusta, kepalsuan, serta memperalat para pengikutnya yang pandai untuk menguatkan siasatnya.

Dalam waktu singkat namanya menjadi besar, kehebatannya kian tersohor, pengikutnya makin banyak. Shan'a kini berada di bawah kendalinya. Dari sini terus menyebar ke tempat lain sampai meliputi Yaman, antara Hadramaut, Tha'if, Bahrain, serta Aden. Ia menjadi tiran yang tak segan melemahkan tiap lawannya dengan berbagai cara dan hingga berujung apa pun, termasuk kematian.

Tetapi, bagi para ulama yang masih berpegang teguh pada tuntunan Rasulullah, ajakan sesat tersebut tak berpengaruh, mereka berani melawan. Satu di antara ulama itu adalah Abdullah bin Tsuwab atau yang dikenal dengan julukan Abu Muslim al-Khaulani.

Ia adalah sosok imam yang pantang berkompromi dengan kebatilan. Ia senantiasa menyerukan kebenaran. Ia mengikhlaskan hidupnya untuk Allah SWT. Dia menjual murah kenikmatan sementara di dunia, untuk ditukar dengan kenikmatan abadi. Tak heran jika orang-orang memandangnya sebagai orang yang suci jiwanya. Serta mustajab doanya di sisi Rabb-nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement