Sabtu 09 Mar 2019 04:04 WIB

Amal Sang Penyeru

Tugas sang penyeru sangat mulia.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Tugas sang penyeru sangat mulia. Ia sebagai sebaik-baik umat, khairu ummah (QS Ali Imran, 3: 110). Ujarannya dipandang sebagai sebaik-baik ujaran, ahsanu qawlan (QS Fushilat, 41: 33). Jalan yang ditempuhnya dicatat sebagai sebaik-baik jalan, karena berada di jalan- Nya, hadzihii sabiily (QS Yusuf, 12: 98). Sungguh, sang penyeru itu sejatinya sedang melakulampah tugas kenabian. Mengabarkan indahnya pesona surga. Dan mewartakan pedihnya jurang neraka. Ikanikan yang berenang di lautan dan atau burung-burung yang beterbangan di udara semua mendoakan sang penyeru.

Berbahagialah wahai kalian sang penyeru kebaikan. Surga yang dijanjikan akan menjadi tempat kalian yang abadi. Kalian akan berkumpul dan saling berkunjung dengan para Nabi dan Rasul kelak dalam surga-Nya. Teruslah berjuang dan bermujahadah menyuarakan yang Haq. Sampaikan titah Langit untuk mereka yang mendiami bumi.

Ketahuilah, jika sudah haq tujuannya, jadikan Rasulullah SAW sebagai teladannya. Orientasinya untuk akhirat. Sebagaimana Rasul dulu pernah mengalami, jalan terjal yang beronak duri pasti akan merintangi. Tapi sang penyeru punya strategi jitu, yaitu sabar, ikhlas, dan istiqamah.

Saat fitnah melanda, dengki dan iri hati melingkupi, bawakan segera obor sabar. Saat perhatian dan penghargaan tidak bersahabat, nyalakan pelita ikhlas. Saat tarian kesenangan dunia menggoda, selimuti dengan istiqamah. Sang penyeru pasti tetap mengutamakan empat hal ini. Pertama, dakwah. Dalam keadaan sakit sangat berat sekalipun, dakwah tetap yang utama. Tidak dengan lisan. 'Tut-tut' keypad jadi pengganti sebagai alat dakwahnya.

Kedua, ukhuwah. Meski beratnya keadaan karena terbebani pilihan politik, ukhuwah harus tetap diutamakan. Kontestasi yang sedang berlangsung jangan melemahkan semangat berukhuwah. Saling menghormati dan menghargai pilihan politik masing-masing. Tidak saling menzalimi, menyerang, dan merusak. Kita tetap bersaudara, sebangsa dan setanah air.

Ketiga, terus mengunduh berkah untuk keluarga dan negerinya. Di tempat mana kita bekerja, ikhtiarkan dengan lebih. Tidak malas, tetap berkomitmen tinggi, dan profesional. Jangan sekali-kali korupsi. Karena sang penyeru paham hanya dari yang halal, keberkahan rumah tangga dan negerinya akan didapat.

Keempat, kemaslahatan umat. Akhirnya, sang penyeru berpikir dan bertindak untuk bagaimana kebaikan dan kemaslahatan umat bisa segera dirasakan. Kadang ia pun harus ikhlas menjadi lilin yang menerangi sekitar meski dirinya terbakar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement