Selasa 12 Feb 2019 09:12 WIB

Hidup dan Matinya Abu Jahal, Si Penentang Rasulullah SAW (2)

Abu Jahal secara ironis digelari Abul Hakam oleh musyrikin Quraisy

Gurun
Foto: tangkapan layar Reuters/Zohra Bensemra
Gurun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Betapa ruginya mereka yang hidup satu zaman dan daerah dengan Rasulullah SAW, tetapi justru memusuhi agama Islam. Hal itulah yang terjadi pada diri Abu Jahal.

Saat sedang sujud, Rasulullah SAW dilempari kotoran oleh Abu Jahal dan komplotannya. Setelah Fathimah binti Muhammad SAW menyingkirkan benda najis itu dari kepala ayahandanya, beliau SAW berdoa, “Ya Allah, kepada Engkaulah aku menyerahkan Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Walid bin Utbah, Uqbah bin Abi Mua’ith, Umayyah bin Khalaf, dan Amarah bin Walid.”

Semua orang yang disebut dalam doa itu akhirnya menemui ajal di Perang Badar. Perang itu terjadi sesudah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.

Cerita matinya Abu Jahal dapat dilihat dari riwayat salah seorang sahabat Nabi SAW, Abdurrahman bin Auf. Seperti dirangkum dalam Ringkasan Shahih Muslim tulisan M Nashiruddin al-Albani, waktu itu Abdurrahman sedang berhenti di tengah barisan pasukan Muslimin. Tiba-tiba, dia dihampiri seorang pemuda dari kalangan Anshar (penduduk asli Madinah). Namanya, Mu’adz bin Afra.

 

“Wahai paman, apakah paman mengenal Abu Jahal?” tanya pemuda usia 16 tahun itu.

“Ya, kenal. Tetapi, ada keperluan apa kamu dengannya?”

“Saya mendengar Abu Jahal selalu memaki-maki Rasulullah SAW selama di Makkah. Demi Allah Yang menguasai diriku. Kalau saya melihatnya (Abu Jahal), tidak akan berpisah sebelum salah satu dari kami mati terlebih dahulu!” tegas Mu’adz.

Abdurrahman bin Auf terkesan dengan kata-kata pemuda itu. Tidak lama berselang, datang pemuda lainnya yang juga dari Anshar. Dia merupakan adik dari Mu’adz, yakni Mu’awwidz bin Afra.

“Wahai paman, apakah paman tahu Abu Jahal?” tanya Mu’awwidz kepada Abdurrahman.

“Ya, dan apa keperluanmu dengannya?”

“Saya mendengar Abu Jahal selalu bersikap keras terhadap Rasulullah SAW di Makkah. Demi Allah, saya ingin membunuhnya,” jawab sang adik usia 15 tahun itu.

Sekonyong-konyong, Abdurrahman melihat sosok Abu Jahal di kejauhan. Dia dapat memastikan itulah sang musuh Allah, walaupun Abu Jahal saat itu tampil dengan balutan baju besi di seluruh tubuhnya kecuali mata dan sebagian wajah.

“Itu Abu Jahal!” seru Abdurrahman bin Auf sambil menunjuk orang yang dimaksud.

Baca juga: Hidup dan Matinya Abu Jahal, Si Penentang Rasulullah SAW (1)

Seketika, dua pemuda tadi melesat maju, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Padahal, Abu Jahal sedang di atas kuda dan di depannya ada 10 lapis pasukan dengan persenjataan lengkap.

Dengan cekatan, Mu’awwidz menerjang pasukan musyrikin itu untuk dapat menebas Abu Jahal. Sebelum akhirnya gugur, dia dapat melukai paha Abu Jahal dengan sayatan yang dalam dan parah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement