Jumat 17 Mar 2017 23:17 WIB

Kisah Pengkhianatan Samiri

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)
Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Sebagaimana diketahui, Samiri adalah salah seorang pengikut Nabi Musa AS yang akhirnya melakukan pengkhianatan. Pengkhianatan Samiri ini juga sekaligus sebagai ujian terhadap keimanan umat Nabi Musa AS.

Dalam surah Thaha ayat 85-91 dan 95-98, diceritakan secara lengkap tentang perbuatan yang dilakukan Samiri. ''Maka, sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.''

Kemudian, Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa, "Hai, kaumku, bukankah Tuhanmu telah berjanji kepadamu suatu janji yang baik? Maka, apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"

Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu. Maka, kami telah melemparkannya dan demikian pula Samiri melemparkannya."

Kemudian, Samiri mengeluarkan anak lembu yang bertubuh dan bersuara (dari lubang itu) untuk mereka. Maka, mereka berkata, "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa."

Maka, apakah mereka tidak memerhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?

Sesungguhnya, Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, "Hai, kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah. Maka, ikutilah aku dan taatilah perintahku."

Mereka menjawab, "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami." (QS 20: 85-91). Lalu, pada ayat 95-98, dijelaskan tentang kemarahan Musa pada Samiri. Musa berkata, ''Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian), Samiri?''

Samiri menjawab, ''Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka, aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku.''

Musa berkata, ''Pergilah kamu. Maka, sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat mengatakan, 'Janganlah menyentuh aku).' Sesungguhnya, bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya, kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).''

Sesungguhnya, Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.'' (QS 20: 95-98).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement