Jumat 26 Jul 2019 04:30 WIB

Kisah Anas bin Malik dan Teladan Rasulullah

Anas bin Malik bertahun-tahun membantu Rasulullah SAW

Rasulullah
Foto: fold3.com
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertahun-tahun melayani Nabi Muhammad, ujar Anas bin Malik, belum pernah ia mendapati kata-kata kasar keluar dari mulut majikannya itu. Bahkan, muka yang masam tak pernah ditunjukkan kepadanya, apalagi memukul. Muhammad memperlakukan pembantunya, Anas, dengan lemah lembut. 

Aisyah menjadi saksi. Menurut dia, Rasulullah tak pernah memukul dengan tangannya sama sekali, kecuali ketika berjihad di jalan Allah. "Beliau pun tak pernah memukul pembantu dan perempuan," ujarnya dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.

Kisah manis pembantu Muhammad pun berlanjut. Anas menuturkan, ketika ia tak sepenuhnya mampu mengerjakan apa yang diminta, junjungannya itu mau memakluminya. Pernah saudaranya memarahi Anas dan diketahui Muhammad. Lalu, Muhammad akan segera membela Anas.

"Biarkan dia. Seandainya mampu, dia tentu akan mengerjakannya," ujar suami Khadijah ini seperti diuraikan dalam buku Manajemen Cinta Sang Nabi karya Sopian Muhammad.

Suatu hari, ungkap Anas, ia diminta untuk menyelesaikan sebuah urusan. Namun, ia melakukan kekhilafan. Anas malah bermain-main di pasar bersama sejumlah anak. Tiba-tiba, majikannya yang mulia itu muncul dan memegang bajunya dari belakang. Anas melihat wajah Muhammad. Bukan amarah yang terlihat, melainkan senyum yang menghias bibirnya.

Dengan lembut, Muhammad berkata, "Anas pergilah ke tempat yang aku perintahkan." Uqbah bin Amir Juhani, pembantu lainnya, juga merasakan kelemahlembutan putra Abdullah tersebut. Meski hanya berstatus sebagai pembantu rumah tangga, Rasul tak menginginkan Uqbah menderita.

Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta dirinya untuk bergantian menunggangi keledai yang dijadikan kendaraan. Sebab, ia tak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Sopian Muhammad mengatakan, Rasul bukan sekadar seorang majikan bagi pembantunya.

Beliau, ujar dia, adalah sosok teladan yang ditiru oleh pembantu yang ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorang pun shalatnya mirip Rasulullah, kecuali putra Ummu Sulaim, yaitu Annas bin Malik. Tsaubah, salah seorang pembantu Rasul, sangat jatuh cinta kepadanya.

Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika tak bersamanya. Ia khawatir jika di akhirat kelak tak bertemu. Tak lama setelah penuturan Tsaubah, turun wahyu Allah yang menyatakan bahwa siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah. Yaitu para nabi, shidiqqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh.

Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam bukunya, Berakhlak dan Beradab Mulia, menegaskan juga agar berlaku baik terhadap pembantu rumah tangga. Ia mencontohkan dengan berkata-kata yang baik kepada mereka. Sebab, bagaimanapun pembantu adalah manusia. Di sisi lain, kata dia, pembantu juga memberikan rasa hormat. Dengan demikian, ada timbal balik. Seseorang sebaiknya tak memanggil pembantunya dengan panggilan buruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement