Senin 25 Mar 2019 16:40 WIB

Berkah Memuliakan Tamu Rasulullah SAW

Memuliakan tamu adalah salah satu akhlak mulia menurut Islam.

Adab bertamu/Ilustrasi
Adab bertamu/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan seluruh manusia agar memuliakan tamu. Perbuatan itu merupakan salah satu wujud akhlak yang baik. Kisah berikut ini tentang faedah memuliakan tamu bahkan menjadi sebab turunnya salah satu ayat Alquran.

Di Madinah, suatu ketika Rasulullah Muhammad SAW didatangi seorang musafir dari Makkah. Pria itu tidak punya bekal yang cukup sehingga meminta tolong kepada beliau. Nabi SAW pun memanggil para istrinya. Namun, masing-masing mereka tidak memiliki makanan yang bisa dibagi kepada sang tamu.

Baca Juga

Rasulullah SAW menyampaikan kabar kedatangan tamu ini kepada para sahabat di masjid. "Siapakah di antara kalian yang mau menjamu tamuku ini?" tanya beliau. Tidak lama berselang, salah seorang sahabat dari kalangan Anshar menyambut tawaran tersebut.

"Saya, wahai Rasulullah," jawab dia.

Sesudah shalat isya berjamaah, malam kian larut. Orang Anshar tadi mempersilakan tamu itu memasuki rumahnya. Dia pun berpesan kepada istrinya supaya memberikan makanan kepada sang tamu yang diperkenalkan Rasulullah SAW sore tadi.

"Tetapi, suamiku, kita di rumah tidak punya makanan apa-apa kecuali untuk anak-anak kita yang sekarang sedang tertidur," terang si istri.

Pria Anshar itu lalu meminta istrinya, "Baiklah kalau begitu. Kini siapkanlah makanan yang ada itu. Lalu berikanlah kepada tamu kita ini. Sesudah itu, kamu kembali ke sini dan nyalakan lampu dapur. Bila anak-anak terbangun, tidurkanlah kembali mereka, juga bila mereka merengek ingin makan malam.”

Perempuan itu pun melaksanakan perintah sang suami. Di ruang depan, tamu tadi melahap makanan yang disuguhkan kepadanya. Sementara, di dapur suami-istri itu duduk berhadap-hadapan, dengan lampu yang masih menyala. Dengan demikian, tamu tersebut akan menyangka dirinya sedang makan bersama para tuan rumah, kendati berada di ruangan yang berbeda.

Setelah itu, sang tamu pamit untuk kembali ke masjid. Dia hendak beristirahat di sana bersama kaum ahl suffah (Suffah merupakan pelataran Masjid Nabawi yang khusus menampung para musafir atau orang-orang yang tanpa tempat tinggal). Pria Anshar dan istrinya pun melepas kepergian tamunya itu, sesudah menjawab salam.

Keesokan harinya, pria Anshar itu berjumpa dengan Nabi SAW. "Tadi malam, Allah SWT tertawa dan merasa kagum dengan perbuatan kalian berdua," kata Rasulullah SAW, merujuk pada si pria tersebut dan istrinya.

Beliau menerangkan, belum lama turun surah al-Hasyr ayat sembilan. Ayat itu turun lantaran Allah SWT memuji perilaku mereka memuliakan tamu. Artinya, "…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka sangat membutuhkan (atas apa yang mereka berikan). Dan siapa yang dipelihara dari sifat kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang beruntung.”

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement