Selasa 16 Oct 2018 06:00 WIB

Kepahlawanan Ja'far dan Terharunya Raja Najasyi

Totalitas Ja'far menjadi inspirasi bagi generasi Muslim kemudian sampai saat ini.

Hijrah, ilustrasi

Menjelang wafatnya Rasulullah, sebuah pasukan telah disiapkan untuk menghadapi gempuran Romawi di utara. Pasukan ini berada langsung di bawah persiapan Rasulullah. Beliau pula yang menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan meskipun saat itu usia Zaid masih terbilang muda.

Rasulullah bersabda, Jika nanti Zaid gugur (di medan pertempuran), komandan pasukan digantikan oleh Ja'far bin Abu Thalib. Seandainya Ja'far gugur, komandan pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Jika Abdullah gugur, kaum Muslim memilih seorang pemimpin di antara mereka.

Pada akhirnya, pertempuran pasukan Muslim melawan Romawi terjadi di Muktah. Jumlah tentara Muslim hanya 3.000 orang, sedangkan pasukan Romawi mencapai 200 ribu orang. Saat berjibaku antara dua pasukan itu, Zaid bin Haritsah akhirnya menemui syahid.

Panji pasukan pun segera dipegang Ja'far bin Abu Thalib. Bendera Islam berkibar tegar mengobarkan semangat jihad kaum Muslim melawan pasukan Romawi.

Di atas pelana kudanya, Ja'far bin Abu Thalib mengayunkan pedangnya. Dia menerobos pasukan musuh yang mengepungnya. Ja'far tampil bagaikan singa padang pasir yang gagah.

Satu per satu tentara musuh berhasil dilumpuhkannya dengan tebasan pedang. Namun, lesatan senjata musuh akhirnya memutus tangan kanannya. Dengan cepat, Ja'far memindahkan bendera komando ke tangan kirinya.

Tangan kirinya kemudian ditebas pedang musuh sehingga putus dan jatuh ke atas tanah. Dengan sisa kekuatannya, Ja'far bin Abu Thalib mendekap bendera komando pada dadanya.

Selanjutnya, musuhnya menebaskan pedangnya ke tubuh Ja'far sehingga pemimpin Muslim ini tersungkur ke tanah.

Abdullah bin Rawahah segera menyambar bendera komando pasukan Muslim. Kini, pimpinan berada di tangannya. Namun, sebuan pasukan Romawi menggempur Abdullah sehingga ia pun ikut gugur, menyusul syahid Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abu Thalib.

Melalui kesepatakan di antara pasukan Muslim, komando beralih kepada Khalid bin Walid yang lantas mengupayakan strategi baru di kancah pertempuran itu. Pada akhirnya, kemenangan berada di pihak pasukan Muslim.

Meskipun demikian, jumlah yang gugur sebagai syahid tidak sedikit. Salah satunya, Ja'far bin Abu Thalib yang menjemput gelar mulia tersebut dengan kondisi tubuh yang menyedihkan. Kepahlawanan Ja'far menjadi inspirasi bagi generasi Muslim kemudian sampai saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement