Jumat 18 May 2018 15:13 WIB

Tekstil di Era Dinasti-Dinasti Islam

Tekstil dari wilayah Islam mencakup sutra halus dan beludru emas.

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekstil memiliki catatan sejarah panjang dalam sejarah Islam pramodern, khususnya ketika para sultan dengan dinastinya berkuasa. John Lois Esposito dalam Ensiklopedi Sejarah Modern Islam menulis, penenun, pewarna, pembordir, hingga perancang pola di bumi Islam sudah diakui hingga 15 abad. Tekstil dari wilayah Islam mencakup sutra halus dan beludru emas, wol pengelana, dan tas dari bulu binatang hingga bordir.

Produk tekstil yang dikenakan kalangan pejabat, terutama kalangan istana, pada periode pramodern mengenakan bahan tenun tidak hanya dalam wujud kain seperti pakaian sehari-hari. Salah satu tradisi yang resmi ditemukan di seluruh istana Islam pramodern, yakni tradisi khi'lah.

photo
Sebuah lukisan Raja Maroko menerima delegasi asing (ilustrasi)

Di Maroko, pakaian ini berfungsi sebagai jubah kebesaran. Khi'lah sering mencakup kelengkapan pakaian istana pada lazimnya. Bahannya berupa sutra, benang emas, dan perak yang ditenun dengan rumit. Di pakaian ini, juga terdapat pita-pita penuh bordir dan dilengkapi ikat pinggang serta selempang.

Selain itu, para khalifah Dinasti Abbasiyah dan Fathimiyah, sultan-sultan Turki Utsmaniyah serta para syah Mughal menghadiahi keluarga istana dan para tokoh dengan kain.

Sumber-sumber abad pertengahan menunjukkan pakaian wol hitam yang ditenun halus diberikan kepada para hakim di Istana Abbasiyah. Pakaian tersebut berwarna hitam karena merupakan warna resmi istana.

photo
Salah satu penguasa Ottoman (ilustrasi).

Khi'lah juga menjadi upeti yang dipersembahkan para gubernur provinsi kepada istana pusat. Sebuah praktik yang berlanjut di India hingga abad ke-18. Gubernur Bengal, misalnya, mengirim hadiah tahunan berupa pakaian dan kain kepada Kaisar Mughal, Aurangzib.

Di samping itu, Dinasti Fathimiyah pada abad ke-11 dan ke-12 memiliki kebiasaan membentangkan kain putih--sebagai warna resmi dinasti--sepanjang rute dari pusat kerajaan di Kairo hingga ke Fustat.Pemasangan kain itu berlangsung ketika prosesi ritual khalifah selama Ramadhan dijalankan.

photo
Ilmuwan Muslim.

Tidak hanya itu, tekstil pun dimanfaatkan untuk pembuatan tenda-tenda kain. Pada abad ke-15, para penguasa di darata Islam Timur mendirikan istana dalam tenda-tenda berukuran besar. Istana tenda milik Timur di Samarkand dan Kaisar Mughal, Akbar, yang tinggal di kota tenda pada masa akhir periode kekuasaannya menjadi bukti penggunaan tekstil untuk tenda pada masa itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement