Selasa 24 Apr 2018 14:51 WIB

Mengenal Ilmu Asbabun Nuzul

Banyak ulama yang menjelaskan masalah Asbab an-Nuzul ini.

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia Islam mengenal ilmu Asbaun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang sebab-sebab turunnya ayat Alquran. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ilmu ini. Ada ulama yang mengatakan, di dalam Alquran terdapat sejumlah ayat yang diturunkan karena suatu permasalahan (sebab).

Misalnya, berkaitan dengan pertanyaan sahabat tentang suatu permasalahan, dan ada pula yang berupa teguran atau sindiran kepada orang-orang kafir. Namun, tidak semua ayat Alquran ada Asbab an-Nuzul-nya.

Dan, ada pula yang menyatakan, dalam Alquran tidak ada ilmu Asbab an-Nuzul ini. Alasannya, Alquran sudah ada sejak dahulu kala, yakni tersimpan di lauh al-mahfuzh dan diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Menurut mereka, ayat-ayat Alquran itu diturunkan bukan karena suatu sebab, tetapi memang sudah tertulis sebelumnya seperti itu.

Banyak ulama yang menjelaskan masalah Asbab an-Nuzul ini. Di antaranya, Jalaluddin as-Suyuthi dengan kitabnya Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul dan Al-Itqan fi 'Ulum Al-Qur'an, Dr Subhi As-Salih dalam kitabnya Mabahits fi Ulum Al-Qur'an, Manna' al Qattan dalam kitabnya Al-Itqan fi 'Ulum Al-Qur'an, serta Syekh Mahmud Syalthut, Ibnu Hajar, dan Al-Wahidie.

Tidak diketahui secara pasti, kapan munculnya pembahasan ilmu Asbab an-Nuzul ini. Diperkirakan, istilah ini muncul sejak akhir abad ke-4 dan awal 5 Hijriyah. Hal ini seiring dengan munculnya pembahasan tafsir Alquran.

Dan, orang pertama yang diyakini sebagai penghimpun dan menyistematisasi keterangan dan data yang tersebar dalam banyak tulisan mengenai Alquran dan lainnya adalah Ali bin Ahmad al-Wahidie (472 H/1035 M). Bukunya yang terkenal dalam bidang ini adalah Asbab an-Nuzul. Tokoh lainnya adalah Jalaluddin as-Suyuthi (911/1050), Ibrahim al-Ja'fari (732/1331), dan Ibn Hajar al-Asqalani (852/1448).

Di antara salah satu alasan mengapa ulama menyatakan ada sebagian ayat Alquran yang diturunkan karena suatu alasan tertentu, atau karena adanya sebab, contohnya, ketika Rasul SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi, lalu Umar bin Khattab mengusulkan Rasul SAW untuk menyiarkannya secara terbuka. Allah kemudian menurunkan surah Al-Muddatstsir (berselimut) [74] kepada Rasul SAW.

“Hai orang-orang yang berselimut. Bangunlah, dan berilah peringatan. Dan tuhanmu Agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS [74]: 1-5).

Namun, para ulama yang menyatakan ada Asbab an-Nuzul ini berbeda pendapat mengenai makna atau istilah Asbab an-Nuzul tersebut. Berikut definisi Asbab an-Nuzul menurut Subhi As-Salih. “Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab tersebut, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya peristiwa itu.”

Al-Wahidie berharap, agar setiap orang berhati-hati dalam menjelaskan masalah Asbab an-Nuzul atau riwayat turunnya ayat tersebut yang disandarkan kepada rasul SAW.

“Tidak halal berpendapat mengenai Asbab an-Nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya, dan membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”

Al-Wahidie menentang para ulama di zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat Asbab an-Nuzul ini. Bahkan, ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkannya akan ancaman Allah.

“Sekarang setiap orang suka mengada-ada dan berbuat dusta; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat,” tegas al-Wahidie dalam Mabahits fi 'Ulum Al-Qur'an karya Subhi As-Salih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement