Kamis 09 Mar 2017 12:00 WIB

Guru Wanita Pertama dalam Islam

Rep: Wahidah Handasah/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Sholehah (Ilustrasi)
Foto: Hambamuslim.com
Muslimah Sholehah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sosok Asy-Syifa binti Ab dillah al-Adawiyah dari suku Qu raisy al-Adawiyah. Perempuan luar biasa ini dikenal sebagai guru wanita pertama dalam Islam. Selain itu, ia juga memiliki kecerdasan dan keterampilan di bidang kedokteran, ter utama dalam hal kejiwaan. Ia te r kenal dengan pengobatan rukiahnya kala itu.

Ibu dari Sulaiman bin Abu Huts mah ini memiliki kedudukan khusus di sisi Rasulullah disebabkan ke iman annya yang kokoh pada Allah dan Rasulnya. Ia termasuk salah satu ang gota rombongan hijrah pertama dari Mak kah ke Madinah. Karena itu, wajar jika kemudian Asy-Syifa memiliki kedu dukan serta kedekatan de ngan para istri Rasulullah.

Asy-Syifa merupakan sedikit dari perempuan-perempuan Makkah yang pandai membaca dan menulis sebelum kedatangan Islam. Setelah masuk Islam, ia mengajari para Muslimah demi mendapat balasan pahala dari Allah. Sejak itulah, ia menjadi guru di zaman Rasulullah. Salah satu murid Asy-Syifa adalah Hafshah binti Umar bin Khattab, istri Rasulullah.

Asy-Syifa mengajari sang Ummul Mukminin baca tulis di rumahnya. Ra sulullah bahkan meminta Asy-Syifa mengajari Hafshah cara me ru kiah pe nyakit eksim. Sebagaimana di-takhrij oleh Abu Dawud dengan sa nad dari Asy-Syifa, bahwasanya ia ber kata, “Rasulullah datang ke pa daku ketika aku berada di rumah Haf shah. Beliau lalu berkata ke pa daku, ‘Tidakkah engkau mengajari dia (Hafshah) cara merukiah eksim sebagaimana engkau mengajarinya baca-tulis?’”

Pada masa Umar bin Khattab, Asy-Syifa memperoleh kepercayaan sang Khalifah untuk mengurusi masalah pasar. Atas kecerdasan Asy- Syifa, Umar kerap meminta penda patnya.

Interaksinya dengan Nabi SAW membuatnya banyak belajar tentang agama dan keduniaan dan menja di kannya salah satu perawi hadis. Ia me riwayatkan beberapa hadis dari Nabi SAW, juga dari Khalifah Umar bin Khatab. Beberapa orang ikut me riwayatkan hadis yang berasal da rinya, seperti putra Sulaiman bin Abu Khaitsumah, kedua cucunya (Abu Bakar dan Utsman), Abu Ishaq, dan Hafshah Ummul Mukminin. Sementa ra, Abu Daud juga meriwayatkan ha dis yang berasal dari periwayatannya.

Selain mereka yang tampil sebagai pelopor di bidangnya, perempuan-pe rempuan luar biasa lainnya berperan melalui pendidikan hingga mela hirkan generasi Islam yang membanggakan. Ada Thumadir binti Amru ibn al-Syarid as-Salamiyah al-Madhriyah (al-Khunnasa) dan Lubabah bint al- Harits (Ummu al-Fadhl). Mereka adalah para ibu dan pendidik hebat yang berhasil melahirkan generasi pejuang dan pembela Islam.

Al-Khunnasa, yang merupakan saudara Muawiyah dan Shakr, adalah sosok ibu yang tegas dan gigih memperjuangkan Islam, serta selalu mendorong anak-anaknya pergi ke medan perang. Sedangkan Ummu al-Fadhl adalah sahabat wanita Rasulullah yang juga ibu dari seorang ulama besar dan ahli tafsir terkemuka, Abdullah bin ‘Abbas (Ibnu ‘Abbas). Ia adalah istri ‘Abbas bin Abdul Mu tha lib, paman Rasulullaah SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement