Selasa 25 Jun 2019 07:11 WIB

Urgensi Waktu

Membiarkan waktu terbuang sia-sia adalah tanda tidak memahami urgensi waktu.

Buang waktu (ilustrasi)
Buang waktu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwan Mahmudi

''Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, benar-benar ada tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.'' [QS Yunus (10): 6].

Baca Juga

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan bahwa waktu adalah kehidupan. Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.

Sebaliknya, orang yang tidak mengenal pentingnya waktu, maka ia seakan-akan hidup dalam keadaan mati, meskipun hakikatnya ia bernapas di muka bumi. ''Allah bertanya, berapa tahunkah lamanya engkau tinggal di bumi? Mereka menjawab, kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyalah kepada orang-orang yang menghitung.'' (QS Al-Mu'minun (23): 112-113).

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak mengetahui pentingnya waktu seakan-akan hanya hidup sehari atau setengah hari, karena mereka tidak memahami arti umur, tidak mampu menguasai dan mengisinya dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat.

Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami urgensi waktu. Padahal, ia tidak pernah datang untuk kedua kalinya. Dalam pepatah Arab disebutkan, ''Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.''

Sementara, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya, Al-Fawa'id, menerangkan, ''Menyia-nyiakan hari disebabkan dari sikap yang lebih memprioritaskan kehidupan dunia dari akhirat, dan membiarkan waktu terbuang dengan anggapan esok masih ada waktu.''

Waktu merupakan salah satu hal yang sering dilalaikan manusia, selain kesehatan. Rasulullah SAW bersabda, ''Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, kesehatan dan kesempatan.'' (HR Bukhari).

Dalam kitab Fathul Baari diterangkan, ''Barang siapa menggunakan kesempatan dan kesehatannya untuk taat kepada Allah, maka dialah orang yang amat berbahagia. Dan barangsiapa menggunakannya di dalam bermaksiat kepada-Nya, maka dialah orang yang tertipu. Karena kesempatan senantiasa diikuti kesibukan dan kesehatan akan diikuti masa sakit.''

Ibnu Umar mengisi waktu di rumahnya dengan berwudhu, shalat, membaca, atau Alquran. Sebagaimana dikisahkan Ibnu Mas'ud, ''Ditanyakan kepada Nafi' (murid Ibnu Umar), 'Apakah yang dilakukan Ibnu Umar di rumahnya?'' Nafi mengatakan, berwudhu setiap kali shalat dan membaca Alquran di antara keduanya.''

''Maka, apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap.'' (QS Al-Insyirah (92): 7-8).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement