Kamis 04 Aug 2016 14:54 WIB

Bepergian ke Tanah Suci

Haji
Haji

Oleh: Mahmud Yunus

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diterima dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak seorang pun keluar dari rumahnya kecuali di pintunya terdapat dua panji. Satu panji di tangan malaikat dan satu panji lainnya di tangan setan.

Jika ke luarnya itu untuk urusan yang disukai Allah 'Azza Wa Jalla, dia akan diiringi oleh malaikat dengan panji-panjinya. Dia akan selalu berada di bawah panji-panji malaikat hingga dia kembali ke rumahnya.

Jika keluarnya itu untuk urusan yang tidak disukai Allah dia akan diiringi oleh setan dengan panji-panjinya. Dia akan selalu berada di bawah panji-panji setan, hingga dia kembali ke rumahnya." (HR Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik/hasan).

Maka, bepergian ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji, insyaAllah, termasuk bepergian yang disukai oleh-Nya. Dikatakan insya Allah lantaran bepergian untuk melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji pun sepatutnya diletakkan di atas niat yang ikhlas.

Malah, orang yang hendak bepergian ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah umrah dan ibadah haji jauh hari sebelumnya dianjurkan untuk meminta pendapat dari orang-orang di sekitarnya, yakni keluarga dekatnya.

Qatadah berkata, "Tidak satu kaum pun yang bermusyawarah demi mengharapkan keridhan Allah kecuali mereka akan dibimbing ke jalan yang lurus." Dalam konteks ini, Qatadah menekankan perlunya musyawarah demi mengharapkan keridhaan Allah.

Lalu, lakukanlah istikharah untuk meminta dipilihkan pilihan yang terbaik kepada Allah. Ibnu Taimiyah berkata, "Tidaklah menyesal orang yang istikharah kepada Tuhannya dan yang bermusyawarah dengan hamba-hamba-Nya."

Lebih jauh, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah seorang pria berduaan dengan seorang wanita kecuali bila disertai mahramnya. Begitu pula seorang wanita, dilarang bepergian kecuali bersama-sama mahramnya."  Sekonyong-konyong, seorang pria berdiri, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, istri saya berangkat menunaikan (ibadah) haji, sedangkan saya telah mendaftarkan diri untuk mengikuti perang ini dan perang itu." Rasulullah SAW bersabda, "Pergilah. Lalu, berangkatlah menunaikan (ibadah) haji bersama-sama istrimu." (HR Bukhari dan Muslim).

Diterima dari Yahya bin Ibad, "Seorang wanita dari kawasan Rai menulis surat kepada Ibrahim Nakh'i, berbunyi: Saya belum dapat menunaikan (ibadah) haji karena tidak ada mahram. Padahal, (saya) terbilang mampu/sanggup/istitaah." Ibrahim Nakh'i membalas, "Anda termasuk orang yang belum diberi kesanggupan oleh Allah untuk pergi ke Baitullah."

Menjelang keberangkatan, berpamitanlah kepada kerabat/keluarga. Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang di antara kalian hendak bepergian berpamitanlah kepada saudara-saudaranya karena Allah akan menjadikan doa mereka itu berguna."

Menurut Muth'im bin Miqdam, seperti diriwayatkan Thabrani dan Ibnu Asakir, Rasulullah SAW menganjurkan orang yang hendak bepergian terlebih dahulu mendirikan shalat dua rakaat sebelum berangkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement