Rabu 20 Mar 2019 16:36 WIB

Jejak Islam di Peru

Kebanyakan Muslim yang tiba di Peru menyebut dirinya Moro

Muslim Peru saat melaksanakan saat berjamaah.
Foto: ihh.org
Muslim Peru saat melaksanakan saat berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan Muslim yang tiba di Peru menyebut dirinya Moro, atau Moor dalam bahasa Spanyol. Mereka adalah pelarian dari Spanyol dan Portugal setelah Paus Alexander II berhasil mengambil alih kekuasaan dari tangan bangsa Moor.

Teori lain mengatakan Islam tiba di Amerika Latin jauh sebelum kekalahan Moor di Spanyol. Pada saat itu pantai-pantai Amerika Latin telah menjadi daerah tujuan pengelanaan orang-orang Moor dan Arab Berber. Banyak di antara mereka bermukim di Peru, dan mempengaruhi kultur masyarakat setempat.

Baca Juga

Latin American Muslim Unity (LAMU), organisasi yang menghimpun masyarakat Muslim Amerika Latin, mengatakan pengaruh Islam sangat terasa pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indian. Misal, sampai beberapa tahun setelah kedatangan Spanyol masyarakat setempat masih menggunakan jilbab meski mereka relatif bukan Muslim.

Makanan khas bangsa Arab Timur Tengah sampai saat ini masih bisa dijumpai di rumah-rumah masyarakat Peru. Pun hampir seluruh gedung-gedung yang dibangun pada masa itu menjiplak arsitektur Islam. Sebuah bangunan di tempat hiburan di Lima, misalnya, menggunakan kubah yang di atasnya terdapat lambang bulan sabit. Jilbab, atau Las Tapadas Limeas, atau Covered Ones from Lima, sampai saat ini masih digunakan masyarakat pinggiran dan pedesaan Peru.

Namun, khusus untuk jilbab, terdapat dugaan ini dipengaruhi oleh cara berpakaian wanita dari masyarakat elit Spanyol, sebagai pihak yang mewarisi pengaruh kebudayaan Moor. Di Lima saat ini terdapat Balcones Lemeos. Balkon terbuat dari kayu, namun dibuat sedemikian rupa dengan gaya Arab. Di balkon inilah, wanita-wanita dari kalangan elit Spanyol yang tinggal di Peru menikmati suasana sekelilingnya.

Berjalan di sepanjang jalan kota Lima, orang akan seperti berada di jalan-jalan Andalusia. Lima memang identik dengan Andalusia, karena hampir semua bangunannya berarsitektur Islam. Namun, semua itu terasa menyedihkan jika kita membandingkan dengan nasib masyarakat yang membawa kebudayaan itu.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement