Rabu 20 Mar 2019 16:56 WIB

Muslim Peru Jaga Eksistensi

Kebangkitan Islam di Peru justru terjadi di masyarakat Latin sendiri.

Tanpa memandang latar belakang agama, kaum miskin di Peru mendapat perhatian dari Muslimin setempat.
Tanpa memandang latar belakang agama, kaum miskin di Peru mendapat perhatian dari Muslimin setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kebangkitan Islam di Peru justru terjadi di masyarakat Latin sendiri.  Tahun 1980-an, sejumlah masyarakat Peru yang sekian lama menetap di AS dan menjadi Muslim tiba di Lima.

Mereka memulai kegiatan dakwah dengan mengundang kaum imigran Arab dan komunitas Muslim Latin. Mereka pula yang pertama kali membuka mushala di distrik Jesus Maria di Lima, tahun 1993. Dari sini mereka membangun kegiatan keagamaan. Mulai dari mempraktekkan semua kegiatan ritual, sampai membuat program dakwah. Namun, usia aktivitas mereka tidak lama.

Baca Juga

Masyarakat imigran Arab yang cenderung telah menjadi sangat sekuler menolak memberi bantuan rutin kepada mereka. Mushala akhirnya ditutup karena tidak tersedianya dana untuk menyewa gedung, dan membiayai perawatannya. Tahun-tahun berikutnya masyarakat Muslim Latin membuka lagi mushala di Villa El Salvador. Beberapa bulan kemudian pengurus mushala menurunkan atributnya dan meninggalkan tempat itu.

Alasannya sama, mereka tidak punya uang untuk menyewa gedung yang menjadi mushala itu. Sejak saat itu jadilah Muslim Peru sebagai komunitas keagamaan nomadik. Tidak memiliki tempat permanen untuk beribadah, dan seolah terputus dari induknya; imigran Arab. Akibatnya, hampir tidak ada lagi shalat Jumat dalam komunitas besar.

Kalau pun ada, shalat dilakukan di halaman rumah seseorang dan diikuti beberapa gelintir Muslim saja. Keadaan menyedihkan ini akhirnya lenyap setelah LAMU mendanai pembukaan mushala di Lima tahun 1998. Namun, dana yang diberikan LAMU juga terbatas hanya untuk menyewa gedung yang dijadikan mushala. Bukan untuk membeli tanah dan membangun mushala.

Akibatnya, trauma penutupan mushala akibat kekurangan dana masih terus menghantui kehidupan Muslim Peru. Hampir tidak ada di antara mereka yang bisa menjawab sampai kapan mereka bisa shalat berjamaah di mushala kecil itu. Dibanding saudara mereka di Brasil atau Panama, Muslim Peru mungkin merupakan komunitas yang paling tidak beruntung.

Sebelum LAMU masuk dan memperhatikan mereka, hampir tidak ada organisasi Islam dunia yang peduli dengan keberadaan mereka. Mereka nyaris tidak memiliki akses informasi, atau media yang dapat menghubungkan mereka dengan dunia Islam jauh di luar Peru. Sebagai contoh, mereka tidak memiliki situs di internet atau perwakilan di dunia luar. Bahkan, mereka pun selalu gagal mengorganisir diri untuk menjadi komuntitas yang kuat.

Bagi sedikit intelektual Muslim Peru, yang penting saat ini adalah bagaimana mempertahankan keberadaan komunitas mereka, sehingga peristiwa sekian ratus tahun lalu -- ketika Muslim terabsorbsi dan lenyap -- tidak terulang lagi.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement