REPUBLIKA.CO.ID, SEYONE--Gejolak yang terjadi di Afrika Utara berikut perpecahan yang terjadi di Sudan, tidak berpengaruh terhadap geliat Islam di Gambia. Bahkan negara berpenduduk mayoritas Muslim ini telah meresmikan masjid baru yang berlokasi di kawasan Seyone, Distrik Kombo, Pantai Barat Gambia. Hadir dalam peresmian Jum'at lalu waktu setempat, ratusan ribu umat Islam, Ulama, sejumlah tokoh nasional dan tokoh penting lainnya.
Khalid Houda, perwakilan dari Muslim Afrika Agency (AMA), pihak yang menggelontorkan dana D 700.000 untuk pembangunan masjid tersebut mengatakan pembangunan Masjid di kawasan Seyone diharapkan mampu memenuhi kewajiban warga Seyone untuk beribadah. Seperti dikutip, Daily Observer, Selasa (22/3), Houda juga berpesan kepada warga Seyone untuk meninggalkan praktek-praktek di luar Islam dan mengikuti ajaran Islam semurni mungkin.
Hon. Abdoulie Bojang, ketua Majelis Nasional Gambia, yang berbicara atas nama pemerintah, meminta masyarakat Gambia khusus warga Seyone untuk berdoa guna memberikan perlindungan terhadap kelestarian perdamaian di Gambia. Dia juga menyerukan kepada umat Islam untuk mengakhiri krisis yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah. Bojang tak lupa memuji AMA yang dianggapnya memberikan dukungan terhadap Komunitas Muslim di Gambia. "Shalat berjamaah di Masjid akan memberikan manfaat yang besar kepada setiap Muslim," pesan dia.
Sementara itu, Imam Ebrima Jarju menyarankan kepada pemuda untuk melipatgandakan usaha mereka dalam mencari ilmu tentang Islam dan mencintai agama mereka.
Islam merupakan agama mayoritas di Gambia, dengan mencakup sekitar 90% dari total populasi penduduk. Namun, dari sejumlah praktik keagamaan, sebagian masyarakatnya acap kali menyimpang dari ajaran Islam.
Gambia menjadi sebuah negara muslim lantara penyebaran Islam dilakukan secara gigih oleh mubaligh Muslim abad ke-19. Rasa toleransi Muslim di Gambia cukup terjaga lantaran pemerintah Gambia memelihara kehidupan masyarakatnya yang plural.